Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Fenomena "Live" di China, Rela Dicibir dan Kedinginan demi Uang

Kompas.com - 29/08/2023, 19:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kegiatan live streaming atau siaran langsung menggunakan media sosial sudah mulai menjadi hal yang umum di masa sekarang.

Siaran langsung atau live bisa dilakukan di Instagram, YouTube, maupun TikTok untuk berjualan atau berkomunikasi dengan orang lain secara virtual.

Di China, live bahkan sudah menjadi fenomena yang memunculkan live streamer atau penyiar. Umumnya, live streamer menampilkan kebolehannya dalam bernyanyi, bermain game, atau memasak.

Namun selain itu, di Negeri Tirai Bambu, orang di negara setempat menjadikan live sebagai pekerjaan sampingan.

Mereka bisa melakukan live streaming sampai malam hari di luar ruangan demi meraup pundi-pundi uang.

Baca juga: Diet Tiffany Plate, Cara Menurunkan Berat Badan yang Ramai di TikTok

Live di luar ruangan

Dilansir dari NST, fenomena orang nge-live di luar ruangan demi mendapatkan uang dari donasi dapat dilihat di sudut Guilin, kota di timur laut China.

Penyiar di kota setempat hampir setiap malam berkumpul di sejumlah lokasi lalu duduk sambil nge-live.

Bermodal ring light atau alat penerangan, mereka menyapa pemirsa online-nya. Hal itu semata-mata dilakukan untuk mendapat donasi.

"Terlalu banyak live streamer dalam ruangan," ujar Qiao (27), salah satu penyiar yang bernyanyi dan berbicara soal kehidupan sehari-hari saat live dari pukul 21.00 hingga 03.00 pagi.

"Karena saya relatif biasa-biasa saja dan tidak memiliki keahlian apa pun. Saya melakukan streaming di luar untuk memanfaatkan perhatian agar menarik orang yang lewat secara online," kata dia. 

Live di tengah cuaca dingin

Penyiar di China tidak hanya live ketika malam hari tapi juga ketika cuaca tengah dingin-dinginnya.

Menurut laporan AFP pada Februari 2023 lalu, para live streamer di China melakukan live ketika suhu hampir nol derajat Celsius.

Mereka yang menyapa pemirsa online-nya membawa selimut tebal dan pemanas kecil untuk menahan dingin selama live berlangsung.

"Pemirsa mungkin tersentuh jika kami berada di luar ruangan atau sendirian pada larut malam itu sangat sulit. Jadi mereka mungkin akan bersikap lebih baik pada kami," ujar Qiao.

Qiao mengaku, dirinya bersama kebanyakan orang lainnya menggunakan Douyin, aplikasi seperti TikTok bikinan Bytedance, untuk siaran.

Sebagian dari mereka juga diikat kontrak oleh agensi yang menjalankan bisnis live streaming.

Baca juga: Siapa Wes Anderson yang Videonya Sedang Jadi Tren di TikTok?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com