Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Wilayah Indonesia yang Diguyur Hujan Saat Musim Kemarau Juli 2023

Kompas.com - 09/07/2023, 11:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi hujan terjadi di sebagian wilayah Indonesia saat musim kemarau.

Diketahui, Indonesia telah memasuki musim kemarau yang diprediksi berlangsung pada akhir Mei sampai akhir September 2023.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, pihaknya telah memonitor hujan dengan intensitas lebat-sangat lebat pada Juli 2023.

Hujan terjadi di Bengkulu, sebagian besar Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Maluku, dan Papua.

Menurut Guswanto, hujan yang mengguyur wilayah tersebut ketika musim kemarau sedang berlangsung disebabkan oleh beberapa faktor.

Baca juga: Mengenal Petrichor, Aroma yang Ditimbulkan Saat Hujan Turun

Baca juga: Ramai soal Selalu Turun Hujan Saat Imlek, Apa Sebabnya? Ini Penjelasan BMKG

Mengapa Indonesia diguyur hujan saat musim kemarau?

Guswanto menerangkan, ada beberapa faktor dinamika atmosfer skala regional hingga lokal yang diprediksi berperan cukup signifikan dalam memicu peningkatkan pertumbuhan awan hujan.

Hal tersebut didasarkan pada analisis terakhir BMKG dan potensi pertumbuhan awan hujan diperkirakan dapat terjadi sepekan ke depan.

Berikut faktor yang menyebabkan sebagian wilayah Indonesia diguyur hujan saat musim kemarau:

1. Madden Julian Oscillation (MJO)

Ilustrasi hujan petir.Pexels/?????? ??????? Ilustrasi hujan petir.

Guswanto menjelaskan, turunnya hujan di sebagian wilayah Indonesia ketika musim kemarau dipicu oleh aktifnya MJO dan gelombang ekuator.

Gelombang ekuator yang ia maksud adalah gelombang Kelvin dan Rossby ekuatorial yang aktif di sekitar wilayah Indonesia.

Ia mengatakan, keberadaan MJO dan gelombang ekuatorial dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.

"Dan secara tidak langsung meningkatkan potensi curah hujan tinggi," kata Guswanto dalam keterangan resminya kepada Kompas.com, Minggu (9/7/2023).

Baca juga: Waspada El Nino, Berikut Wilayah Indonesia yang Sudah Alami Musim Kemarau 2023

Guswanto menambahkan, MJO, Rossby ekuatorial, dan gelombang Kelvin merupakan fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya pola konektivitas.

Ketiga fenomena tersebut juga dapat menimbulkan potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com