"BABAD Tanah Jawi" (Sejarah Tanah Jawa). Menurut para sejarawan, Babad Tanah Jawi punya banyak versi.
Menurut Hoesein Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok.
Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788.
Baca juga: Leluhur Bangsa Indonesia Berbudaya Lisan: Fakta atau Mitos? (Bagian I)
Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertarikh 1722.
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah H.J. de Graaf. Menurut dia, apa yang tertulis dalam Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai zaman Kartasura di abad 18.
Demikian juga dengan peristiwa sejak 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: “terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng,” katanya.
Selain Graaf, Meinsma berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada 1874, ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja.
Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.
Dan inilah buku yang paling populer terutama di pulau Jawa, Primbon (buku penuntun). Buku ini berisi ramalan, petung perjodohan, horoskop jawa, foto hantu dan fenomena supranatural lainnya. Tidak diketahui kapan buku ini muncul dan beredar di masyarakat.
Walapun gerakan purifikasi keagamaan sangat gencar dilakukan oleh berbagai organisasi keagamaan—terutama yang berhubungan dengan tahayul, bida’ah dan kurafat—tetap saja buku ini masih banyak dibaca sampai sekarang, malahan sampai dibuatkan situsnya di internet.
Pada 1595-1596, Jan Huygen van Lin-schoten menerbitkan bukunya "Iti-nerario near Oost ofte Portugaels Indinein" (Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis) yang memuat peta-peta dan deskripsi-deksripsi terperinci mengenai penemuan-penemuan Portugis.
Di antara karya-karya besar pada abad ke-17 berbahasa Jawa yang sangat terkenal adalah Serat Rama (Ramayana), Serat Bratayuda (Bharatayuddha), Serat Mintaraga (Arjunawiwaha), dan Serat Sasrabahu atau Lokapala (Arjunawijaya) gubahan Yasadipura I (1729-1803) seorang satrawan besar yang aktif di istana Surakarta.
Pada abad ke-20, ada seorang penulis buku yang terkenal di nusantara namanya Alfred Russel Wallace.
Namanya berdampingan sejajar dengan Charles Darwin sebagai penemu Teori Evolusi. Namun kemudian orang hanya mengingat Darwin dan menafikan hipotesis Wallace.
Padahal adalah Wallace yang menguatkan hipotesis Darwin dengan sejumlah temuan dari Ternate pada 1858. Catatan perjalanannya dituangkan dalam buku yang diterbitkan pertama kali tahun 1869, "The Malay Archipelago."