Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Lima Program Strategis "Bioeconomy" Kelautan

Kompas.com - 28/03/2022, 11:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

A healthy ocean is vital to our economy and well-being.” Sehat-lestari kelautan sangat vital bagi kesejahteraan dan kesehatan kita. Begitu pesan ekonom dan pengacara Scott Harvey Peters kelahiran Ohio (1958), alumnus New York University School of Law, yang pernah menjadi staf pada Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat (AS).

Sebanyak delapan ahli biologi dan lingkungan kelautan dari enam negara (Tiongkok, Swedia, Australia, Inggris, Irlandia, dan Norwegia) juga mendukung pandangan Scott Peters. Jurnal International Journal of Environmental Research and Public Health edisi Juni 2020, merilis kesimpulan riset para ahli itu: “The ocean provides resources key to human health and wellbeing, including food, oxygen, livelihoods, blue spaces, and medicines.Kelautan menyediakan sumber daya pokok kesehatan manusia dan kesejahteraan rakyat, misalnya pangan, oksigen, ruang-air, lapangan-pekerjaan, dan obat-obatan.

Pada 22 Februari 2022 di Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 34 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia Tahun 2021-2025. Pertimbangan Perpres ini ialah mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan pelaksanaan kebijakan kelautan Indonesia secara terpadu dan berkesinambungan dari tahun 2017-2025.

Baca juga: Terbitkan Perpres 34/2022, Jokowi Tegaskan Lagi Pembangunan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

Perpres Nomor 34/2022 menyebut secara umum fungsi kelautan dan program kegiatan kelautan bidang obat-obatan, usaha, pekerjaan, keragaman-hayati, pangan, penyimpan karbon, wisata, perlindungan spesies, dan air bersih. Meski program-programnya belum terlihat rinci, terukur, terarah, dan tidak-bias dengan kontrol kuat. Misalnya, program sektor sistem energi berbasis sumber daya kelautan, masih samar-samar, misalnya program tidalpower dan sistem energi sejenisnya; fokus sistem energi dari Perpres ini tampaknya terutama ke sumber daya mineral, antara lain sumber-sumber daya alam fosil.

Sedangkan Peters melihat perubahan iklim kini memasuki fase darurat dengan ancaman nyata dan sangat berisiko; pilihannya ialah langkah cepat-darurat, tegas dan keluar dari garis-garis kepentingan partai (PB Monthly, 2020). Contoh antara lain, dekarbonisasi tata-ekonomi hingga net-zero karbon, misalnya regulasi polutan-polutan iklim seperti karbon hitam, methane, dan hidrofluoro-karbon yang lebih berbahaya dari karbon-dioksida (Brendel, 2020; San Diego Union-Tribun, 2020) berbasis kelautan.

Begitu pula Falkenberg et al. (2020) lebih menekankan unsur pokok kelautan yang mendukung kehidupan sehat-lestari di laut dan manusia. MacGlade et al. (2012) juga lebih menitikberatkan pada fungsi-nilai air (hidrosfer) dari kelautan bagi manusia dan ekosistem kelautan. Prinsip-prinsip ini menjadi patokan dalam tata-kelola sumber daya kelautan.

Bagi Indonesia, fokus kebijakan kelautan ialah menjabarkan tugas pemerintah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memajukan kesejahteraan umum. Ini perlu mendapat prioritas sesuai amanat alinea IV Pembukaan UUD 1945.

Model blue economy

Pekerja memikul hasil tangkapan ikan teri dari nelayan bagan apung di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Bonang, Demak, Jawa Tengah, Kamis (15/11/2018). Para nelayan menempuh perjalanan laut selama kurang lebih tiga jam menuju bagan yang berada di sebelah utara perairan Demak untuk beradu nasib.ANTARA FOTO/AJI STYAWAN Pekerja memikul hasil tangkapan ikan teri dari nelayan bagan apung di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Bonang, Demak, Jawa Tengah, Kamis (15/11/2018). Para nelayan menempuh perjalanan laut selama kurang lebih tiga jam menuju bagan yang berada di sebelah utara perairan Demak untuk beradu nasib.
Secara umum, strategi kelautan dan perikanan Indonesia selama ini berbasis konsep blue economy, yakni formula kebijakan sinergi perlindungan lingkungan kelautan dan kemajuan ekonomi guna memajukan sosial-ekonomi masyarakat setiap wilayah-daerah, mewujudkan pembangunan berkelanjutan (Pasal 33 ayat 4 UUD 1945) melalui sistem produksi ramah lingkungan, investasi dan inovasi-kreasi usaha.

Baca juga: Indonesia Perlu Blue Economy, Apa Itu?

Contoh-contoh penerapan konsep blue-economy dalam strategi kebijakan kelautan dan perikanan RI, menurut Wenhai et al. (2019:4), antara lain pengembangan perikanan laut, transportasi laut, wisata laut, industri produksi barang dan energi kelautan, koordinasi kebijakan ekonomi nasional dan kelautan, koneksi perdagangan dan infrastruktur, beberapa iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan sumber daya manusia (SDM). Modelnya antara lain ‘blue-economy’ di Lombok dan Anamabs dan pantai Tomini—industri kelautan, perikanan, wisata, dan lain-lain.

Konsep dan strategi blue-economy Indonesia tersebut di atas sedikit berbeda dengan Tiongkok. Misalnya, sejak tahun 2011, Tiongkok mengembangkan strategi blue economy berbasis Iptek. Tiongkok membangun enam model inovasi, konservasi, dan investasi berbasis iptek pada enam zona blue-economy seperti Shandong Peninsula Blue Economic Zone, Blue Silicon Valley, dan Yangtze River Delta.

Tahun 2011, pemerintah Tiongkok menyetujui program blue-economy Shandong Peninsula Blue Economic Zone (SPBEZ) Development Plan. Ini merupakan strategi blue economy pertama level daerah dan kelautan Tiongkok. Targetnya ialah SPBEZ menjadi klaster industri kelautan berbasis iptek, khususnya pusat pendidikan kelas dunia bidang sains kelautan dan percontohan zona reformasi ekonomi kelautan nasional, dan demo penentu zona peradaban ekologis kelautan Tiongkok.

Tahun 2015, SPBEZ membangun model dasar industri kelautan guna memperkuat ketahanan ekonomi, inovasi berbasis sains dan teknologi kelautan khususnya kualitas lingkungan ekologis tanah-laut, lansekap ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2020, SPBEZ mengembangkan ekonomi-kelautan, struktur industri, dan menjahit saling-dukung-harmoni manusia dan lingkungan-kelautan.

Artinya, Tiongkok lebih dahulu membangun kecerdasan tentang laut, air, dan lahan melalui iptek. Tahap berikut ialah rajut sosial, ekonomi, dan lingkungan kelautan berbasis industri. Model blue-economy Tiongkok tersebut di atas, mirip model blue economy Uni Eropa sejak 2009. Hasilnya, hingga tahun 2020, sektor ekonomi lautan dan laut Uni Eropa telah menyerap empat juta tenaga kerja dan memasok 1,3 persen PDB Uni Eropa (European Parliamentary Research Service, 2020:1).

Uni Eropa membangun sektor blue economy, misalnya perikanan, aqua-kultur, wisata pantai, transportasi laut, pelabuhan, perkapalan, ekstraksi minyak-gas di laut, terutama berbasis iptek, khususnya bioteknologi.

Sektor ini menghasilkan 180 miliar euro tahun 2017. Secara perlahan, ekstraksi minyak-gas di laut Uni Eropa berkurang; karena sistem energi angin lepas-pantai semakin meningkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com