Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonjakan Kasus Virus Corona di Sejumlah Daerah, Perlukah PSBB Kembali Diterapkan?

Kompas.com - 14/07/2020, 20:44 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Indonesia kembali mengalami lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir, di antaranya adalah DKI Jakarta dan Solo Raya.

DKI Jakarta yang sempat mengalami penurunan kasus, tercatat tiga kali melaporkan kasus tertinggi dalam sepekan terakhir.

Kenaikan kasus itu terjadi pada Rabu (8/7/2020) sebanyak 344 kasus, Sabtu (11/7/2020) dengan 359 kasus baru, dan Minggu (12/7/2020) dengan 404 kasus.

Sementara itu, Kota Solo juga menyita perhatian serius dari pemerintah setelah adanya laporan 18 kasus baru dalam sehari pada Minggu (12/7/2020).

Dengan lonjakan kasus tersebut, perlukah pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)?

Baca juga: Jumlah Positif Covid-19 Bertambah, Bupati Sumedang Kaji PSBB Ulang

Pengawasan kurang ketat

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, pemberlakuan PSBB harus benar-benar dikalkulasi, dari segi ekonomi dan kasus Covid-19.

Menurutnya, PSBB tak harus dilakukan dengan skala provinsi, tapi bisa juga pada tingkat kelurahan atau kecamatan sesuai dengan peningkatan kasusnya.

"Jadi perlu dipertimbangan, baik dari ekonomi dan kasus. Kalau perkembangan kasus meningkat di kelurahan ya perlukan PSBB tingkat kelurahan atau kecamatan," kata Miko saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/7/2020).

Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu menyebut, melonjaknya kasus di Jakarta dalam sepekan terakhir dimungkinkan karena pengawasan terhadap pasien suspek dan pasien tanpa gejala kurang ketat.

Menurut dia, lemahnya pengawasan itu membuat pasien-pasien tersebut bebas berkeliaran di kota sehingga berpotensi menularkan ke warga lain, khususnya di tempat-tempat ramai.

Sebab, sejauh ini kasus yang ditemukan kebanyakan berada di pasar dan perkampungan-perkampungan padat penduduk.

"Jadi, penularannya sangat cepat di dua tempat itu," jelas dia.

Baca juga: Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara, Ini Imbauan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Penerapan PSBB membebani masyarakat

Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 UNS Solo Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, penerapan kembali PSBB akan membebani masyarakat.

"Kalau kembali PSBB, tentu berat juga beban bagi masyarakat," kata Tonang, dihubungi secara terpisah.

Pasalnya, penerapan PSBB akan menunai polemik dan kontroversi, sehingga menguras energi banyak pihak.

Menurut dia, pelonggaran untuk hal-hal tertentu juga diperlukan untuk mempertahankan roda ekonomi.

Namun, pemerintah juga harus tegas dalam melarang kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak esensial dengan menerapkan aturan dan sanksi secara konsisten.

"Konsisten, itu menurut saya. Cukup yang penting mempertahankan roda ekonomi saja. Tidak lebih," tutur dia.

"Ini saatnya ujian kepemimpinan. Berat pasti. Tapi harus dilalui. Baik di Jakarta, Solo, maupun Indonesia," sambung dia. 

Baca juga: Isi Waktu Luang Selama Pandemi Corona, Farah Quinn Serius Bisnis Kue

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com