KOMPAS.com - Raheem Sterling menjadi salah satu tumpuan timnas Inggris di pentas Piala Dunia 2022.
Sterling langsung membuktikannya pada laga perdana. Satu gol dari kaki kanannya ke gawang Iran menuntaskan umpan sepinggang dari Harry Kane lewat sisi kanan.
Ujung kaki kanan Sterling tegas membelokkan bola, lurus dan keras. Seperti halnya menembakkan peluru.
Kondisi itu sesuai dengan tujuannya menggambarkan tato senjata api M16 di sisi luar kaki kanannya.
Baca juga: Maguire Bentengi Inggris bak Maldini, It’s Coming Home Bergema Lagi
Ujung senapan mengarah ke tanah jika dia berdiri tegap. Namun, beda halnya ketika melesakkan tendangan. Ujung pistol bakal menodong ke gawang lawan. Sedetik kemudian, ancaman datang untuk kiper.
"Saya berjanji tidak akan menyentuh senjata api seumur hidup, saya menembak dengan kaki kanan," kata Raheem Sterling dikutip Sky Sports.
Usut punya usut, Raheem Sterling memiliki trauma besar soal senjata api. Karena senapan, dia tak mengenal dekat dengan ayahnya.
Ya, ayah Raheem Sterling meninggal karena pembunuhan dengan senjata api. Kala tragedi itu terjadi, usia mantan pemain Liverpool dan Manchester City itu masih dua tahun.
Baca juga: Sterling Usai Inggris Degradasi: Semua Pemain Harus Lebih Bertanggung Jawab
Ibunya juga tak banyak cerita soal sang ayah. Setelah kejadian itu, dia tinggal bersama neneknya. Sementara sang ibu pindah ke London, Inggris.
Baru tiga tahun berikutnya, atau saat usia Sterling 5 tahun, dia pindah bersama ibunya di London.
Sejak di tanah Inggris, Sterling muncul dengan bakat sepak bola yang dimiliki. Berawal di akademi milik Queens Park Rangers, dia kemudian dilirik oleh Liverpool.
Sempat moncer di Liverpool, dia melanjutkan gabung ke Manchester City sebelum gabung Chelsea saat ini.
Baca juga: Skuad Inggris untuk Kualifikasi Piala Dunia 2022: Sancho Luput, Rashford Masuk