TOKYO, KOMPAS.com - Selepas Olimpiade Tokyo 2020 pada Minggu (8/8/2021), Jepang masih bekerja sama alias berkolaborasi lagi dengan berbagai kalangan pemangku kepentingan olahraga dunia.
Pasalnya, Jepang menjadi penyelenggara Paralimpik Tokyo 2020.
Paralimpik adalah pesta olahraga multicabang terakbar bagi para atlet penyandang disablitas.
Baca juga: PM Jepang dan Gubernur Tokyo Diskusikan Paralimpik Tokyo 2020
Perhelatan akan berlangsung mulai Selasa (24/8/2021) sampai dengan Minggu (5/9/2021).
Selain dengan Komite Olimpiade Jepang (JOC), pemerintah Jepang akan berkolaborasi dengan penyelenggara Tokyo 2020, dan Organisasi Olahraga Paralimpik Internasional (IPC).
Jepang masih menghadapi pula tantangan pandemi Covid-19 yang melanda negeri itu.
Setidaknya, bahkan setelah Olimpiade Tokyo 2020 usai, Tokyo, kota penyelenggara utama masih dalam status darurat Covid-19 hingga Minggu (22/8/2021).
Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung dalam kondisi pandemi Covid-19.
Pemangku kepentingan Olimpiade Tokyo 2020, termasuk Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Tokyo 2020 sudah berketetapan bahwa pesta olahraga multicabang terbesar di dunia ini berlangsung tanpa kehadiran penonton.
"Kebijakan ini untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19," kata CEO Tokyo 2020 Seiko Hashimoto.
Kebijakan tanpa penonton memang membuat pukulan finansial bagi penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020.
Kebijakan tanpa penonton membuat pemasukan dari penjualan tiket sama sekali kosong.
Sebelumnya, penyelenggara berharap bisa menempatkan sekitar 50 persen dari kapasitas stadion dalam setiap laga bagi penonton domestik.
Namun, kebijakan itu lalu dihapuskan demi mencegah meluasnya pandemi Covid-19 di tengah status darurat bagi Tokyo.
Sementara itu, pada Rabu (11/8/2021), Tokyo 2020 melaksanakan pemindahan logo Olimpiade dari Teluk Tokyo.