Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Widakdo
Konsultan Media dan Komunikasi

Wartawan Harian Kompas (2002-2017), Direktur Media PSSI (2017-2020) yang kini menjadi konsultan media dan komunikasi.

Pahlawan Olahraga dan Pahlawan Kesiangan

Kompas.com - 17/06/2021, 06:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LEGENDA bulu tangkis Indonesia, Markis Kido telah tenang di tempat peristirahatan terakhirnya. Juara Olimpiade Beijing 2008 di sektor ganda putra ini dimakamkan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) Kebon Nanas, Jakarta Timur, Selasa (15/6/2021).

Markis Kido dimakamkan di makam ayahnya Djumhar Bey Anwar yang telah lebih dahulu meninggal pada 2 April 2008.

Keluarga, sahabat, dan komunitas bulu tangkis telah ikhlas mengantar Kido ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Akan tetapi, ada satu hal yang mengganjal dan menjadi pertanyaan. Yakni, soal tidak bisa diwujudkannya harapan keluarga untuk bisa memberikan penghormatan terakhir kepada Kido dengan memakamkan almarhum di Taman Makam Pahlawan.

Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk komunikasi dengan pihak Kemenpora dan KONI.

Beberapa wartawan juga mencoba membantu dengan menghubungi para kolega. Namun, upaya itu tak berhasil. Pihak keluarga pun akhirnya melupakan harapan itu.

Baca juga: Tulisan Menyentuh Legenda China yang Terpukul Kehilangan Markis Kido

Lalu apa artinya sebutan pahlawan olahraga? Apa artinya piagam Satya Lencana yang diberikan pemerintah? Apa manfaat penghargaan itu? Atau semua ini hanya sekadar seremonial belaka?

Sadarkah kita bahwa bendera Merah Putih bisa berkibar dan lagu kebangsaan Indonesia Raya bisa berkumandang di luar negeri karena hanya dua alasan?

Pertama, kunjungan Presiden. Kedua, saat atlet Indonesia memenangkan event olahraga.

Atlet berjuang dengan tenaga, keringat, bahkan darah dan air mata. Mereka berjibaku pantang menyerah untuk mengharumkan nama bangsa.

Markis Kido (kiri) dan Hendra Setiawan dari Indonesia merayakan kemenangan melawan Cai Yun dan Fu Haifeng dari China dalam pertandingan perebutan medali emas ganda putra Olimpiade Beijing 2008 pada 16 Agustus 2008.AFP/INDRANIL MUKHERJEE Markis Kido (kiri) dan Hendra Setiawan dari Indonesia merayakan kemenangan melawan Cai Yun dan Fu Haifeng dari China dalam pertandingan perebutan medali emas ganda putra Olimpiade Beijing 2008 pada 16 Agustus 2008.

 

Jadi, sungguh ironis jika masih ada yang meragukan kepahlawanan atlet yang mereka sebut pahlawan olahraga itu.

Bung Karno mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya! Lalu, lupakah kita dengan pesan bijak pendiri bangsa kita ini?

Tak heran jika akhirnya Candra Wijaya (juara Olimpiade 2000 Sydney) dan Tontowi Ahmad (juara Olimpiade 2016 Rio De Janeiro) terlihat begitu skeptis dengan semua simbol penghargaan yang mereka dapatkan serupa dengan Markis Kido.

Baca juga: Mengapa Markis Kido Tidak Dikebumikan di Taman Makam Pahlawan?

Di pemakaman Kido mereka tertunduk. Mungkin juga mereka merenung untuk mencoba melupakan simbol penghargaan yang mereka terima.

Kolega wartawan pun ada yang berkelakar, mungkin perlu ada organisasi atau perkumpulan yang peduli membuat Taman Makam Khusus Pahlawan Olahraga.

Dengan demikian, kita tidak akan dicap sebagai generasi yang mengingkari pesan bijak pendiri Bangsa Bung Karno.

Saya sendiri mulai skeptis. Bahkan, sulit rasanya untuk menyanggah pikiran nakal.

Bahwa siapa pun pejabat atau pengurus olahraga yang menyebut atlet itu pahlawan bangsa, maka dia sejatinya pahlawan kesiangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com