JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum terjun ke dunia seni peran, artis Ferry Maryadi pernah ingin menjadi penyiar radio.
Pada tahun 1992, Ferry sempat mencoba mengembangkan sayapnya ke dunia radio tetapi sayangnya dia gagal saat casting.
Profesionalitas bekerja Ferry pernah diuji ketika sedang syuting, dia mendapat kabar neneknya meninggal dunia.
Baca juga: Andre Taulany Ungkap Peran Ferry Maryadi di The Prediksi
Di balik aktivitasnya yang sangat padat sebagai artis, Ferry punya kebiasaan unik dalam kesehariannya.
Berikut rangkuman Kompas.com.
Logat Sunda Ferry Maryadi yang sangat kental sudah dikenal sejak sebelum menjadi model di industri hiburan Tanah Air.
Ketika mengikuti casting sebuah stasiun radio untuk menjadi penyiar, Ferry tak lolos karena logat Sundanya yang kental.
Baca juga: Ferry Maryadi Pernah Gagal Casting Penyiar Radio karena Logat
"Tahun 1992 pernah melamar ke sebuah radio, karena gue pernah pengin jadi penyiar radio. Enggak lulus euy gara-gara logat Sunda aing," ujar suami Deswita Maharani tersebut.
Profesionalitas kerja Ferry Maryadi pernah diuji ketika dia sedang syuting di Jakarta.
Neneknya, yang tinggal di Bandung, meninggal dunia saat dia bersiap naik panggung acara "Ngelenong Nyok" Trans TV.
"Ya di situlah dipertaruhkan profesionalitas kita antara manusiawi dan pekerjaan," ucapnya.
Baca juga: Profesionalitas Ferry Maryadi Pernah Diuji Saat Nenek Tercinta Meninggal Dunia
Suami Deswita Maharani ini langsung bergegas pulang ke Bandung untuk mengantar sang nenek ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Dalam kesehariannya, saat bosan tengah melanda, Ferry punya metode unik untuk mengembalikan suasana hatinya.
"Ngobrol sama mainan-mainan gue," kata Ferry.
Bintang film Pretty Boys ini mengaku mengoleksi berbagai benda dari mulai pisau, stand gun, hingga motor.
Baca juga: Atasi Rasa Bosan, Ferry Maryadi: Ngobrol Sama Mainan