KOMPAS.com - Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, mengungkapkan faktor yang membuatnya kalah dari pemain Thailand, Kunlavut Vitidsar, pada laga kedua Grup A Piala Thomas 2020.
Berlaga di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Senin (11/10/2021), Jonatan Christie yang turun pada partai ketiga kalah dua gim langsung.
Peraih medali emas Asian Games 2018 itu harus mengakui kehebatan Kunlavut Vitidsar yang mampu menang 21-10, 21-24.
Permainan Jonatan Christie tidak berkembang pada gim pertama. Dia selalu tertinggal dalam perolehan angka. Hal yang serupa juga terus terjadi sampai gim kedua.
Kesalahan demi kesalahan pun kerap Jonatan Christie lakukan sehingga akhirnya menerima kekalahan.
Baca juga: Hasil Piala Thomas - Anthony Ginting Kalah Usai Berjuang 88 Menit, Indonesia Tertinggal 0-1
Seusai laga, pemain berusia 24 tahun itu menilai dirinya kurang sabar dalam bermain.
Akibat hal tersebut dan juga sejumlah kesalahan yang dibuat, dia pun tak berhasil menyumbangkan angka untuk Indonesia dalam laga ini.
"Kekalahan itu karena saya bermain kurang sabar. Selain itu, saya juga banyak melakukan kesalahan sendiri, makanya hasilnya seperti itu," kata Jonatan Christie dikutip dari ANTARA.
Pemain jebolan klub bulu tangkis PB Tangkas Jakarta itu juga mengaku sering kali terbawa oleh pola permainan lawan sehingga kehilangan poin demi poin.
"Ketika lawan bermain cepat, saya sebenarnya lebih diuntungkan. Tetapi, saya kurang sabar dan akhirnya banyak membuat kesalahan sendiri," ujar pemain yang akrab disapa Jojo itu.
Baca juga: Hasil Piala Thomas - Marcus/Kevin Antar Indonesia Samakan Kedudukan 1-1 dari Thailand
"Begitu lawan mengubah polanya dengan bermain pelan, saya juga terbawa. Ketika dia memperlambat tempo permainan, saya jadi kurang nyaman," tambahnya.
Sementara itu, menurut asisten pelatih tunggal putra Irwansyah, Jojo tak berhasil menyumbangkan angka karena pola permainannya tidak berkembang.
Sejak awal, Irwansyah melihat Jojo sudah tidak mampu mengembangkan permainannya sendiri.
"Pada gim pertama, dari awal Jojo terlalu mengikuti pola permainan lawan," kata Irwansyah.
"Sementara itu, lawannya mampu mengontrol permainan reli yang dikembangkan. Jojo jadi ikut terbawa pola permainan lawan"