Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti: Tak Semua Perokok Terkena Kanker Paru-Paru, Kok Bisa?

Kompas.com - 29/05/2022, 13:15 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Asap tembakau seringkali dikaitkan sebagai pemicu kerusakan DNA di paru-paru.

Hal ini menyebabkan merokok menjadi faktor risiko nomor satu yang mengakibatkan perokok menderita kanker paru-paru.

Sementara jumlah rokok yang diisap seseorang dikaitkan dengan peningkatan mutasi sel pemicu kanker, setelah setara dengan sekitar 23 tahun merokok satu bungkus sehari.

Tanpa ragu, cara teraman untuk melindungi diri Anda dari kanker paru-paru adalah dengan menghindari merokok.

Namun disaat yang sama pula, ternyata tak semua perokok yang merokok seumur hidup mereka ditakdirkan untuk terkena kanker.

Hal ini pun membuat banyak pihak termasuk ilmuwan bertanya-tanya, mengapa bisa seperti itu.

Sebuah studi baru menemukan bahwa genetika memiliki peran yang membuat para perokok ini terhindar dari kanker.

Hasil ini didapat setelah peneliti melakukan studi menggunakan profil genetik yang diambil dari bronkus 14 perokok yang tak pernah merokok dan 19 perokok ringan, sedang, dan berat.

Baca juga: Apakah Paru-paru Perokok Kembali Normal Setelah Berhenti Merokok?

Sel-sel permukaan yang dikumpulkan dari paru-paru para peserta studi kemudian diurutkan secara individual untuk mengukur mutasi dalam genom mereka.

Dikutip dari Science Alert, Kamis (26/5/2022); di antara perokok yang tak pernah terkena kanker paru-paru, para peneliti menemukan keuntungan yang melekat.

Sel-sel yang melapisi paru-paru mereka tampaknya lebih kecil kemungkinan untuk bermutasi dari waktu ke waktu.

Temuan pun menunjukkan bahwa gen perbaikan DNA lebih aktif di antara beberapa individu, yang dapat melindungi terhadap timbulnya kanker, bahkan ketika rokok dihisap secara teratur.

Padahal mutasi pada paru-paru meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Dan di antara kelompok perokok, kerusakan DNA nya bahkan lebih signifikan.

"Data kami menunjukkan bahwa orang-orang ini mungkin bertahan bergitu lama meski mereka perokok berat karena mereka berhasil menekan akumulasi mutasi lebih lanjut," kata ahli epidemiologi dan paru Simon Spivack dari Albert Einstein College of Medicine.

Penurunan mutasi ini menurut peneliti karena orang-orang tersebut memiliki sistem yang sangat mahir untuk memperbaki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com