Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Patuh Minum Obat Hipertensi Tingkatkan Risiko Stroke dan Jantung

Kompas.com - 22/05/2022, 11:54 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Dokter spesialis jantung dr Devie Caroline Sp.JP, FIHA, memperingatkan agar penderita hipertens atau tekanan darah tinggi agar rutin mengonsumsi obat.

Sebab, jika penderita tidak patuh minum obat memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi kardiovaskular, yakni stroke dan penyakit jantung.

"Kepatuhan minum obat jika kurang optimal akan menyebabkan hipertensi menjadi tidak terkontrol. Akibatnya, meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskluar seperti stroke dan penyakit jantung iskemik," kata Devie dilansir Antaranews.com, Jumat (20/5/2022).

Menurut Devie, memang minum obat bukan hal pertama yang harus dilakukan untuk mengontrol tekanan darah tinggi. Gaya hidup sehatlah yang menjadi kunci.

Namun jika menerapkan gaya hidup sehat tidak berhasil, maka cara selanjutnya adalah dengan rutin meminum obat.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, kata Devie, prvalensi hipertensi di Indonesia berada di angka 34,11 persen.

Sebanyak 13,3 persen di antaranya tidak minum obat sama sekali dan 32,3 persen tidak rutin meminum obat.

Sebagian besar alasan penderita tidak meminum obat tekanan darah tinggi ini adalah karena merasa sehat (59,8 persen).

Baca juga: Tips Menjaga Tekanan Darah Saat Lebaran agar Tak Hipertensi

Lalu alasan lainnya adalah kunjungan tidak teratur ke fasilitas pelayanan kesehatan (31,3), dan minum obat tradisional (14,5 persen), dan menggunakan terapi lain (12,5 persen).

Selanjutnya alasan lain tidak meminum obat hipertensi adalah tidak mampu membeli obat (8,1 persen), takut efek samping obat (4,5 persen), dan obat hipertensi tak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (2 persen).

Faktor kepatuhan minum obat hipertensi

sementara itu, Devie menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa kepatuhan minum obat dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya kondisi kesehatan, motivasi diri, pengetahuan mengenai hipertensi, dukungan keluarga, sosial ekonomi, sistem kesehatan, dan terapi.

"Faktor yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ini adalah yang sering sulit dihadapi. Hipertensi biasanya tidak bergejala, sehingga saat gejalanya muncul itu sudah kondisinya tidak terkontrol dalam sekian waktu," katanya.

Devie mengatakan, agar penderita hipertensi bisa patuh minum ibat, maka ada beberapa strategi yang bisa dilakukan. Misalnya, menggunakan alat kesehatan elektronik yang saat ini sudah marak beredar.

"Misalnya, pengingat lewat SMS atau ada aplikasi di smartphone mengenai edukasi kesehatan," ujar Devie.

Strategi selanjutnya adalah penyederhanaan regimen obat. Yang awalnya regimen pengobatan kompleks dari sisi frekuensi, jumlah obat, dan durasi pengobatan, bisa dibuat lebih sederhana, misalnya dengan menggunakan pil kombinasi untuk mengurangi jumlah tablet atau pil yang dinimum setiap hari.

Baca juga: Risiko Hipertensi di Usia Muda, Penyebab dan Cara Mencegahnya

Cara selanjutnya adalah dengan memberi edukasi kepada pasien. Contohnya adalah dengan melakukan kunjungan ke rumah setiap dua bulan untuk dilakukan edukasi dan konseling perilaku hidup sehat, konseling kepatuhan minum obat, dan penjadwalan konsultasi.

"Tujuan intevensi ini membantu pasien untuk memahami hipertensi, memahami pilihan terapi yang ada, dan memahami konsekuensi jangka panjang jika tekanan darah tidak diterapi dengan baik," jelas Devie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com