Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Daerah di Indonesia Alami Cuaca Panas, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 15/05/2022, 19:35 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Dalam sepekan terakhir, sejumlah daerah di Indonesia dilanda cuaca panas yang cukup terik.

Pada Senin (9/5/2022) misalnya. Suhu udara di beberapa daerah seperti Kertajati, Tegal, Sentani, Ciputat, Palu, hingga Kupang terpantau berkisar di angka 34-36 derajat celcius.

Kondisi ini berlangsung selama beberapa hari. Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, suhu panas dan terik yang terjadi di Indonesia merupakan bentuk variabilitas cuaca harian dan umum terjadi pada periode musim pancaroba.

Musim pancaroba sendiri adalah transisi atau pergantian musim kemarau menuju musim hujan, atau sebaliknya.

Baca juga: Suhu Panas Akhir-akhir Ini, Ini Penyebab dan Imbauan dari BMKG

Penyebab suhu panas

Terkait cuaca panas akhir-akhir ini yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, Guswanto menegaskan hal itu bukan disebabkan oleh gelombang panas. Sebab, kata dia, yang terjadi di Indonesia saat ini berbeda dengan ciri-ciri gelombang panas.

Guswanto menjelaskan, gelombang panas adalah fenomena suhu panas di permukaan bumi yang terjadi hingga 5 derajat Celcius atau lebih dari normalnya. Serta, umumnya terjadi selama lima hari atau lebih berturut-turut.

"Biasanya terjadi di wilayah lintang menengah atau tinggi di sekitar benua Eropa dan Amerika," jelas Guswanto kepada Kompas.com, Jumat (13/5/2022).

Sedangkan suhu panas yang terjadi di Indonesia, menurutnya hal itu lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemanasan sinar matahari yang optimum pada siang hari.

"Posisi semu matahari saat ini berada di utara ekuator (khatulistiwa) tapi belum sampai di titik terjauh di utara yang biasa terjadi pada Juni. Sehingga sinar matahari di wilayah Indonesia pada April-Mei masih cukup signifikan," jelas Guswanto.

Baca juga: Sampai Kapan Cuaca Panas di Indonesia Berlangsung? Ini Kata BMKG

Hal tersebut, diperkuat pula dengan kondisi cuaca cerah dan tingkat perawanan yang sangat kurang. "Turut memicu juga pemanasan sinar matahari yang optimal, seperti diketahui pertumbuhan awan juga dapat mengurangi panas sinar matahari," imbuh Guswanto.

Selain itu, suhu terik saat pancaroba terkadang juga diiringi kelembaban yang relatif tinggi. Sehingga, pada siang dan sore hari masyarakat bisa merasakan panas dan gerah.

Ilustrasi cuaca panasshutterstock Ilustrasi cuaca panas

Kapan fenomena cuaca panas di Indonesia berakhir?

Berdasarkan penuturan Guswanto, cuaca panas yang melanda sejumlah daerah di Indonesia bisa terjadi mulai dari pertengahan hingga akhir bulan Mei 2022.

Hal tersebut dikarenakan posisi semu Matahari yang kian menjauh ke utara dan mulai aktifnya aliran udara dingin yang dibawa angin monsun Australia.

"Monsun Australia musim dingin biasanya membawa massa udara dingin dari selatan dan setidaknya berpengaruh pada kondisi suhu di wilayah indonesia secara tidak langsung," tutur dia.

Baca juga: 7 Makanan yang Mengandung Banyak Air, Cocok Dikonsumsi saat Cuaca Panas

Imbauan BMKG kepada masyarakat terkait cuaca panas

Lantaran cuaca panas diprediksi masih bisa terjadi hingga akhir Mei ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk melakukan antisipasi. Di antaranya:

  • Hindari aktivitas siang hari di luar ruangan dalam jangka waktu yang lama. Terutama, dalam kondisi stamina yang tidak prima.
  • Apabila diharuskan beraktivitas di luar ruangan, selalu lengkapi diri dengan perlindungan dari sinar matahari.
  • Terakhir, perbanyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi dan heatstroke atau kondisi saat tubuh mengalami peningkatan suhu drastis hingga 40 derajat Celcius.

(Sumber:Kompas.com/Diva Lufiana Putri | Editor: Rendika Ferri Kurniawan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com