Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Mula Halalbihalal, Tradisi Berkumpul Saat Idul Fitri di Indonesia

Kompas.com - 30/04/2022, 21:30 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis


KOMPAS.com - Setelah bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia merayakan hari raya Idul Fitri dengan Halalbihalal.

Dikutip dari tulisan Makna Halalbihalal, karya Astrida, sesudah hari Lebaran, masyarakat berkumpul bersama saudara, teman-teman, maupun kolega kantor untuk saling maaf-memaafkan, itulah disebut halalbihalal.

Halalbihalal juga berarti silaturahmi usai Idul Fitri.

Asal mula halalbihalal

Halalbihalal telah dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I yang memiliki nama kecil Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa.

Saat itu untuk menghemat waktu dan biaya, setelah shalat Idul Fitri Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan di balai istana.

Para prajurit serta masyarakat melakukan sungkem dengan keluarga Mangkunegaran sekaligus bermaaf-maafan satu dengan yang lain.

Baca juga: Simak Aturan Halalbihalal Lebaran 2022

Hal ini menunjukkan bahwa usai Idul Fitri, tradisi halalbihalal telah dilakukan sebelum muncul isilah halalbihalal.

Istilah halalbihalal muncul terkait situasi politik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Sejarah halalbihalal dimulai saat Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk meminta saran dalam mengatasi situasi politik.

Peristiwa itu terjadi pada pertengahan Ramadhan 1948 di tengah ancaman disintegrasi bangsa Indonesia oleh kelompok DI/TII dan PKI.

Kiai Wahab memberikan saran kepada Presiden Soekarno untuk menyelenggarakan silaturahmi. Dengan alasan sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, umat muslim disunnahkan untuk saling silaturahmi.

Namun, Presiden Soekarno tidak mau menggunakan istilah silaturahmi karena dianggap sudah biasa.

Di sisi lain menurut Kiai Wahab, para elit politik tidak mau bersatu karena mereka saling menyalahkan. Sementara, saling menyalahkan adalah dosa, dosa adalah perbuatan haram.

Baca juga: Sejarah Halalbihalal, Makna dan Pencetus

Supaya, mereka tidak dosa (haram), maka harus dihalalkan. Untuk itu, para elit politik itu perlu duduk satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Dari sini, muncul istilah halalbihalal dari Kiai Wahab.

Atas saran Kyai Wahab, Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri, mengundang para tokoh elit politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahmi yang diberi judul halalbihalal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com