Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Keliru, Ini Beda Sakit Gejala Omicron dan Penyakit Akibat Polusi Udara

Kompas.com - 20/02/2022, 19:04 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, Ali Ridho Assegaf atau Babeh Aldo memberikan pernyataan mengenai gelombang pandemi Covid-19 akibat Omicron saat ini adalah pandemi polusi udara.

Dalam video yang viral di media sosial tersebut, Babeh Aldo menyebut bahwa polusi udara yang didalamnya termasuk zat PM2.5 terus meningkat saat ini.

Hal itulah yang menyebabkan banyak warga di perkotaan Indonesia yang mengalami sakit serupa gejala Omicron yang banyak disebutkan.

"Pandemi ini kami tengari adalah pandemi polusi udara," kata Babeh Aldo dalam video tersebut.

Tanggapan BMKG

Baca juga: Ini Beda Gejala Omicron dan Penyakit akibat Polusi Udara

Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Urip Haryoko menegaskan bahwa apa yang disampaian oleh Babeh Aldo soal hubungan gejala infeksi Omicron karena polusi udara itu tidak benar.

"Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanyya keterkaitan antara sebaran konsentrasi PM2.5 dan penularan Covid-19," kata Urip dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/2/2022).

Oleh karena itu, berikut perbedaan infeksi Covid-19 varian Omicron dan penyakit yang diakibatkan oleh polusi udara.

Gejala infeksi Omicron

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa orang yang terinfeksi Omicron dapat mempunyai berbagai gejala, tapi ada yang sama sekali tidak menunjukkan gejala tertentu.

Sebuauh studi oleh aplikasi pelacak Zoe COVID yang berbasis di Inggris, gejala yang paling banyak dilaporkan untuk mayoritas pasien Omicron antara lain pilek, sakit tenggorokan, nyeri tubuh yang parah, kelelahan, dan sakit kepala parah.

Adapun gejala baru yang dikeluhkan pasien Omicron berkaitan dengan gejala gastrointestinal seperti diare, tidak nafsu makan, dan sakit perut.

Serta, terdapat lebih sedikit kasus dari infeksi Omicron mengalami gejala umum dari virus corona seperti batuk, demam, dan kehilangan penciuman.

Gejala yang bervariasi dari setiap orang kemungkinan besar bergantung pada status vaksinasi, kekebalan tubuh, penyakit penyerta atau komorbid dan lainnya.

Gejala penyakit akibat polusi udara

Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, Maria Neira dalam pemberitaan Kompas.com edisi 24 September 2021 mengatakan, polusi udara sebagai pembunuh senyap.

Di mana setiap tahunnya sekitar 7 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh paparan udara kotor dari luar dan di dalam rumah.

Polusi udara menjadi ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan. Dengan mengurangi kadar polusi udara, negara-negara di dunia dapat mengurangi risiko penyakit stroke, jantung, kanker paru, PPOK, pneumonia, dan asma," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com