Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog: Pemindahan Ibu Kota Penting untuk Disrupsi Jejak Kolonial

Kompas.com - 31/01/2022, 18:45 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Sosiolog Roby Muhamad memiliki pendapat sendiri tentang pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur. 

Menurut Roby, pemindahan ibu kota itu penting dilakukan untuk menghapus jejak-jejak kolonial. Sebab, ibu kota Indonesia yang sekarang, Jakarta, merupakan warisan kolonial.

"Pemindahan ibu kota negara untuk disrupsi jejak-jejak kolonial," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/1/2022).

Roby menjelaskan, ada dua poin yang perlu disampaikan terkait pemindahan ibu kota baru ini.

Poin pertama, menurut dia, keputusan besar seperti pemindahan ibu kota baru harus dilihat dari konteks makro yang besar, bukan hanya dari hal teknis.

Kalau hanya berdasarkan pertimbangan ekonomi atau bisnis, lanjut Roby, keputusan sebesar ini tidak akan masuk logika. Pemindahan ibu kota ini tidak akan berdampak langsung secara ekonomi, malah akan rugi.

Hal ini, kata dia, mirip saat pendiri negara mengambil keputusan besar saat itu, yakni proklamasi kemerdekaan Indonesia.

"Kalau dihitung secara ekonomi, nggak akan masuk, kita rugi. Ngapain kita ngelawan penjajah, negaranya juga miskin. Enggak bisa, tapi tetap kita ambil (keputusan itu)," kata Roby.

Baca juga: Daftar 4 Kementerian yang Ikut Pindah ke IKN Baru Tahun 2024

Saat ini, lanjut dia, bangsa ini sudah haus akan keputusan-keputusan besar yang mendisrupsi arah bangsa secara fundamental.

Diakuinya, di zaman modern seperti sekarang, setiap keputusan didominasi oleh hal yang bersifat teknis, ekonomis dan bisnis.

Namun terkait dengan pemindahan ibu kota negara ini, perspektif lain harus dipertimbangkan, yakni sosial dan budaya. 

"Tapi ya kadang-kadang, bukan sesuatu yang sering dilakukan. Menurut saya ini penting dan kita punya kesempatan sekarang," jelas Roby.

Poin kedua, dia melanjutkan, sesuai dengan semangat poin pertama, bahwa pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur melampaui urusan ekonomi, bahkan politik.

"(Poin kedua) mengenai perubahan cara berpikir bahkan budaya," ujarnya.

Menurut dia, pemindahan ibu kota baru sangat pas. Ibu kota negara saat ini, Jakarta, dipilih karena terkait kepentingan pragmatis pemerintah kolonial waktu itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com