Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Digital Bounty, Aksi Main Hakim Sendiri di Dunia Internet

Kompas.com - 19/01/2022, 12:39 WIB
Kompasianer Giri Lumakto,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Sumber Kompasiana

KOMPAS.com -Digital bounty atau sayembara mencari pelaku secara digital kini cukup sering kita temui di media sosial.

Seperti tindakan main hakim sendiri terhadap maling ayam, kini digital bounty atau vigilantism pun semakin marak.

Jika di dunia nyata kita berlari mengejar si maling. Memburu pelaku secara digital dilakukan dengan doxing.

Bahkan bukan tidak mungkin melacak kediaman pelaku dan mendatanginya. Ini hanya merupakan dampak aktivitas di permukaan.

Namun ada dampak yang abadi dan signifikan yang terjadi. Mulai dari dampak psikis karena nama atau kasus menjadi viral.

Juga secara sosial-ekonomi, jejak digital seperti nama, foto, alamat, sampai nomor telepon membuat pelaku "dipenjara" atas kasusnya seumur hidup.

Baca juga: Warga Cilincing Jadi Korban Doxing Pinjaman Online, Polisi Periksa Saksi

Pelaku distigma selamanya atas perilakunya di mata publik. Pelaku pun mungkin urung melamar kerja jika bagian HRD mengecek jejak digital dirinya.

Korban-korban digital bounty 

Perburuan secara siber yang cukup terkenal pernah terjadi pada 2006 di Tiongkok.

Perburuan ini dimula dengan beredarnya video online yang menunjukkan seorang wanita membunuh anak kucing dengan sepatu hak tingginya.

Netizen yang marah memposting foto pelaku wanita secara online.

Banyak orang kemudian berusaha melacaknya di dunia nyata. Kolaborasi virtual ini, pada akhirnya mendapatkan nama dan tempat kerja pelaku.

Dampaknya, ia ditangguhkan dari tempat kerjanya dan diminta melakukan permintaan maaf ke publik.

Di bulan Juni, Rachel Vennya membuat sayembara bagi siapa saja yang bisa memberikan identitas lengkap seorang hater bernama Fathin.

Bagi siapa yang bisa menemukan pelaku IP address akan diberikan hadiah uang sebesar Rp 15 juta. Walau kemudian sayembara ini dibatalkan dan disesalkan Rachel.

Di kasus lain, nama Imam Kurniawan mendadak menjadi target perburuan manusia. Imam diduga menuliskan komentar yang asusila kepada keluarga korban tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com