Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Selidiki Penyakit Misterius yang Tewaskan Hampir 100 Orang Sudan

Kompas.com - 19/12/2021, 10:03 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan temuan dan akan menyelidiki kematian akibat penyakit misterius hampir 100 orang di Sudan Selatan.

Kematian massal ini terjadi di Fangak dannegara bagian Jonglei di Sudan Selatan.

Dilansir oleh BBC, catatan sampel awal yang dikumpulkan di daerah tersebut menunjukkan hasil negatif kolera dari 89 kematian sejauh ini.

Sheila Baya dari WHO menyatakan, pihaknya telah bergerak sebelum kekhawatiran semakin meluas dan penyelidikan sedang berlangsung.

WHO pun memutuskan untuk mengirim tim respon cepat untuk pergi dan melakukan penilaian risiko dan penyelidikan.

Baca juga: Peringatan WHO: Vaksin Saja Tidak Cukup untuk Hadapi Omicron

"Saat itulah mereka akan dapat mengumpulkan sampel dari orang yang sakit, tetapi untuk sementara angka yang kami dapatkan adalah 89 kematian," ujar Baya kepada BBC seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (19/12/2021).

Terkendala banjir parah di lokasi

Sheila mengungkapkan sulitnya mencapai daerah Fangak karena banjir. Ini mengakibatkan semakin rumitnya tim mengakses lokasi melalui jalur darat.

"Saya dan tim menunggu helikopter," ujarnya.

Banjir di daerah tersebut menyebabkan lebih dari 200.000 orang meninggalkan rumah.

Badan kemanusiaan Concern Worldwide menyebut banjir yang terjadi adalah yang terparah dalam kurun hampir 60 tahun. Otoritas lokal bahkan mencatat, tidak pernah ada banjir dalam skala ini di wilayah itu sejak 1962.

Baca juga: WHO: Varian Omicron Dilaporkan Sudah Menyebar di 77 Negara

County Director dari Concern di Sudan Selatan, Shumon Sengupta, menjelaskan betapa mengerikannya situasi di lapangan.

"Lebih dari 200.000 orang atau lebih dari seperempat penduduk lokal di Unity State terpaksa meninggalkan rumah mereka sebagai akibat dari meningkatnya air banjir,” katanya kepada Newsweek, Kamis (16/12/2021).

Butuh bantuan dari komunitas internasional

Lembaga seperti Concern Worldwide berusaha penuh untuk menanggapi meningkatnya krisis kemanusiaan dengan bantuan keuangan dari berbagai donor seperti BHA/USAID, ECHO, GAC, EFP dan UNICEF.

Namun, menurut Sengupta, kebutuhannya jauh melebihi skala respons kemanusiaan saat ini, baik di dalam maupun di luar kamp untuk pengungsi internal.

"Keluarga telah mengungsi dan berlindung di tempat yang lebih tinggi, di gedung-gedung publik atau dengan tetangga atau keluarga. Akses ke layanan dasar termasuk dukungan kesehatan dan nutrisi telah terganggu karena klinik rusak, terendam banjir, atau tidak dapat diakses."

Baca juga: Penyakit Misterius Tewaskan Hampir 100 Orang di Sudan, Masih dalam Penyelidikan WHO

Badan amal internasional Medecins Sans Frontieres juga sebelumnya berkomentar tentang bagaimana banjir telah menekan fasilitas kesehatan.

Mereka berkata: "Kami sangat prihatin soal malnutrisi, dengan tingkat malnutrisi akut yang parah dua kali lipat dari ambang batas WHO, dan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit kami dengan malnutrisi parah berlipat ganda sejak awal banjir."

Sumber: Kompas.com (Penulis: Bernadette Aderi Puspaningrum)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com