Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Mitos Keliru tentang Darah Tinggi

Kompas.com - 27/11/2021, 07:50 WIB
Maulana Ramadhan

Penulis

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi umum di mana tekanan darah terhadap dinding arteri kita dapat meningkatkan berbagai risiko kesehatan.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dan terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Karena itu penderita hipertensi rentan mengalami komplikasi seperti stroke dan serangan jantung.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut setidaknya ada 1,13 miliar orang di seluruh dunia yang memiliki tekanan darah tinggi.

Melihat risiko yang bisa ditimbulkan, tentu hipertensi bukan sesuatu kondisi yang bisa disepelekan. Namun, di tengah kewaspadaan terhadap hipertensi, masih banyak mitos tentang tekanan darah tinggi yang beredar di masyarakat.

Baca juga: 7 Mitos Seputar Tekanan Darah Tinggi, Jangan Gampang Percaya

Tidak semuanya benar, maka dari itu jangan mudah percaya terhadap mitos-mitos tentang tekanan darah tinggi. Berikut ini di antaranya, dilansir dari Kompas.com (6/5/2021):

1. Tekanan darah tinggi bukan hal yang serius

Mitos pertama ialah dikatakan bahwa tekanan darah tinggi bukan hal yang serius dan perlu dikhawatirkan. Padahal faktanya, tekanan darah tinggi dapat memicu masalah kesehatan lain, termasuk penyakit jantung.

Menurut Medical News Today, hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan dengan baik dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, di antaranya serangan jantung, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, angina, kehilangan penglihatan, disfungsi seksual, hingga penyakit arteri periferal.

Tak hanya itu, tekanan darah tinggi juga dapat merusak pembuluh darah halus di otak, yang dapat meningkatkan risiko penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.

2. Darah tinggi hanya dialami orang tua

Faktanya adalah, kondisi tekanan darah tinggi bisa diderita orang di segala usia, bukan hanya orang tua.

Data dari Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) menyebutkan, di Amerika Serikat hipertensi berdampak terhadap sekitar 7,5 persen orang berusia 18-39 tahun, 33,2 persen orang berusia 40-59 tahun, dan 63,1 persen orang berusia di atas 60 tahun.

Terlepas dari peningkatan risiko seiring bertambahnya usia, perubahan gaya hidup dapat secara signifikan menurunkan risiko pengembangan tekanan darah tinggi.

Baca juga: Risiko Hipertensi di Usia Muda, Penyebab dan Cara Mencegahnya

3. Darah tinggi selalu bergejala

Darah tinggi tidak selalu menampakkan gejala. Ahli jantung dari Keck Medicine of USC Parveen Garg, MD, menyebutkan, gejala biasanya dirasakan ketika tekanan darah sudah sangat tinggi dan berada di tahap yang berbahaya.

"Kerusakan jangka panjang dari tekanan darah tinggi akan terjadi di arteri, terlepas dari apakah kita merasakan gejala atau tidak," ujarnya.

Lantaran tidak bergejala inilah, hipertensi dijuluki juga sebagai “silent killer”.

Hipertensi adalah silent killer. Maksudnya, kebanyakan orang tidak sadar karena tak mengalami gejala hipertensi yang jelas.UNSPLASH/MUFID MAJNUN Hipertensi adalah silent killer. Maksudnya, kebanyakan orang tidak sadar karena tak mengalami gejala hipertensi yang jelas.

4. Tidak makan garam jaminan tidak terkena darah tinggi

Mengonsumsi garam diyakini sebagai penyebab tekanan darah tinggi. Memang betul, namun faktanya darah tinggi bukan hanya disebabkan oleh garam.

Menurut Garg, beberapa sumber natrium lain yang juga perlu kita waspadai dan sering kali tidak disadari seperti roti, masakan daging-dagingan, pizza, pasta, sup, keju, hingga camilan seperti keripik kentang.

5. Darah tinggi tidak dapat diobati

Darah tinggi adalah penyakit seumur hidup. Namun bukan berarti Anda yang menderita hipertensi tidak perlu meminum obat.

Obat untuk hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah tinggi, bukan menyembuhkannya.

Selain itu ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, yakni dengan melakukan perubahan gaya hidup.

Untuk melakukannya, bisa dimulai dari berhenti dari konsumsi alkohol, asupan gizi yang seimbang, olahraga rutin, mengelola stres, dan hindari rokok.

Baca juga: Manfaat Seledri bagi Kesehatan, Turunkan Darah Tinggi hingga Lancarkan Pencernaan

6. Minum kopi meningkatkan tekanan darah

Kafein adalah stimulan. Sehingga tidak sedikit yang mengira minuman ini bisa meningkatkan tekanan darah. Padahal faktanya, sejumlah penelitian tidak menunjukkan hasil itu.

"Konsumsi kafein secara teratur biasanya tidak meningkatkan tekanan darah, tetapi mungkin menjadi faktor (peningkatan tekanan darah) bagi orang yang mengonsumsinya hal-hal seperti soda, kopi, atau minuman energi dalam jumlah tinggi," kata Garg.

7. Bisa berhenti minum obat jika tekanan darah turun

Menurut Garg, tekanan darah tinggi adalah kondisi jangka panjang. Obat-obatan tidak bisa mengobati hipertensi sepenuhnya.

Jika tekanan darah kita turun karena minum obat lalu kita menghentikan obat tersebut, maka tekanan darah kita berpotensi naik kembali. Pada akhirnya, hipertensi adalah kondisi serius yang banyak terjadi.

Meski merupakan kondisi jangka panjang yang tak bisa disembuhkan, namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengontrolnya dan menurunkan risiko kesehatan terhadap penyakit yang berkaitan dengan kondisi ini.

(Sumber:Kompas.com/Editor: Nabilla Tashandra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com