KOMPAS.com - Fitur mengisi daya yang cepat yakni fast charging biasanya sudah dimiliki oleh sebagian besar ponsel cerdas kelas menengah dan atas.
Pengisi daya alias charger smartphone yang dibekali teknologi ini ditandai dengan keterangan fast charging yang tertera pada kotak kemasan ponsel.
Hanya saja, Anda mungkin juga pernah mendengar istilah quick charging. Walau terkesan sama, namun kedua istilah tersebut merupakan dua teknologi yang berbeda.
Lalu apa bedanya fast charging dan quick charging?
Baca juga: Apple Digugat karena Jual iPhone Tanpa Charger
Fast charging merupakan fitur pengisian daya baterai secara cepat yang umumnya dihantarkan melalui kabel (wired).
Serupa dengan namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengisi baterai dalam waktu yang cukup singkat.
Fast charging umumnya ditemukan pada charger yang mendukung kabel berjenis USB Type-C.
Untuk dapat bisa dikategorikan sebagai fast charging, sebuah charger harus memiliki daya hantar listrik sebesar 15 Watt.
Daya hantar ini diformulasikan dari kombinasi satuan Ampere (A) dan Volt (V). Singkatnya, pengisian daya pada 3 Ampere/5 Volt dapat menghantarkan daya hingga 15 Watt.
Baca juga: Huawei Nova 8 SE Life Meluncur dengan Fast Charging 40W
Sementara itu, quick charging adalah sebuah trademark yang diberikan perusahaan Qualcomm pada produk smartphone bikinannya.
Trademark ini umumnya disematkan pada produk charger yang kompatibel dengan chipset smartphone yang juga diluncurkan oleh Qualcomm.
Sehingga sebenarnya fast charging dan quick charging memiliki fungsi yang serupa, yakni mampu mengisi daya ponsel dengan cepat.
Hanya saja, istilah quick charging hanya dapat digunakan pada perangkat yang memakai chipset produksi Qualcomm.
Sementara istilah fast charging lebih universal, karena bisa dipakai pada smartphone dan charger yang mendukung pengisian daya cepat, tanpa terkecuali.
Baik fitur fast charging dan quick charging dapat berfungsi dengan baik, apabila digunakan pada perangkat yang kompatibel.
Baca juga: Nokia Ikut Jual Ponsel Tanpa Charger