Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Indonesia Dilanda Gelombang Panas? Begini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 17/10/2021, 18:47 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Beredar informasi yang menyebut bahwa Indonesia dan sejumlah negara lain sedang dilanda gelombang panas dalam beberapa hari terakhir.

Informasi mengenai adanya gelombang panas di Indonesia tersebut banyak beredar melalui media sosial.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Minggu (17/10/2021), Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Urip Haryoko mengatakan, informasi tersebut tidak benar.

Menurutnya, suhu panas yang dirasakan masyarakat Indonesia belakangan ini tidak bisa disebut sebagai gelombang panas.

"Info yang beredar ini tentu tidak tepat dan tidak benar (HOAX), karena kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas," kata Urip.

Baca juga: [HOAKS] Gelombang Panas Melanda Indonesia, Malaysia, dan Negara Lain

Urip menjelaskan, gelombang panas terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah dan tinggi.

Indonesia yang terletak di wilayah ekuator, secara sistem dinamika cuaca tidak mungkin dilanda gelombang panas.

Dalam ilmu cuaca dan iklim, Urip mengungkapkan, gelombang panas artinya periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa.

Biasanya kondisi itu berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO) disertai kelembapan udara yang tinggi.

Suatu lokasi bisa dianggap mengalami gelombang panas jika mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik.

Baca juga: Penyebab Udara di Jawa Tengah dan Yogyakarta Kian Panas

Misalnya, suhu suatu lokasi mencapai 5 derajat celcius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, atau setidaknya berlangsung dalam lima hari berturut-turut.

"Jika suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas," terangnya.

Sementara itu, mengenai suhu panas yang belakangan ini terasa di Indonesia merupakan fenomena gerak semu Matahari.

Gerak semu Matahari adalah suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Akibatnya, potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahun.

"Berdasarkan pantauan BMKG terhadap suhu maksimum di wilayah Indonesia, memang suhu tertinggi siang hari ini mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir," ujar Urip.

Berdasarkan catatan, suhu lebih dari 36 derajat celsius terjadi di Medan, Deli Serdang, Jatiwangi, dan Semarang pada 14 Oktober 2021.

Baca juga: BMKG Deteksi 14 Titik Panas di Indonesia, Ini yang Harus Diwaspadai

Suhu tertinggi pada tanggal tersebut tercatat di Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I, Medan yaitu hingga 37 derajat celsius.

Menurut Urip, catatan suhu ini bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum di wilayah-wilayah tersebut.

Apa penyebab peningkatan suhu di Indonesia?

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu di wilayah Indonesia, yakni:

1. Pada bulan Oktober, kedudukan semu gerak Matahari adalah tepat di atas Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dalam perjalanannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.

Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa akan terjadi 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan September atau Oktober dan Februari atau Maret.

Dengan begitu, puncak suhu maksimum di wilayah Jawa hingga NTT terjadi sekitar waktu tersebut.

Baca juga: 8 Miliar Ton Es di Greenland Mencair Per Hari akibat Gelombang Panas

2. Cuaca cerah juga menyebabkan penyinaran langsung sinar Matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan.

Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya Siklon Tropis KOMPASU di Laut China Selatan bagian utara yang menarik masa udara dan pertumbuhan awan hujan.

Siklon ini menjauhi wilayah Indonesia sehingga cuaca di wilayah Jawa cenderung menjadi lebih cerah-berawan dalam beberapa hari terakhir.

(Penulis: Retia Kartika Dewi | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary)

Sumber: KOMPAS.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com