Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Layla Moustaffa, Wali Kota Perempuan yang Bangun Raqqa setelah Hancur oleh ISIS

Kompas.com - 16/10/2021, 10:28 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Layla Moustaffa, wali kota perempuan di Suriah baru saja meraih penghargaan internasional, Mayor of the World atas perjuangannya membangun kembali Raqqa yang porak-poranda akibat perang oleh ISIS.

Selain itu, ia juga membantu para perempuan di daerahnya membangun kembali Kota Raqqa yang merupakan tempat kelahiran wali kota ini.

Moustaffa merupakan perempuan Kurdi berusia 34 tahun. Ia dilahirkan di Raqqa, wilayah timur Laut Suriah.

Ketika Raqqa dibebaskan oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF), koalisi yang didukung AS, pada 17 Oktober 2017 setelah sekian lama diduduki ISIS, sarjana bidang teknik sipil ini menjadi kepala Dewan Sipil Raqqa.

Dewan Kota merupakan salah satu dari beberapa badan regional yang dibentuk SDF setelah pembebasan.

Baca juga: 4 Tahun Setelah Perang di Raqqa, Anak-anak Tinggal di Tengah Kehancuran Kota

Di bawah kepemimpinannya, Moustaffa mampu mengorganisir ribuan pria dan perempuan untuk bekerja berdampingan membangun kembali kota yang hancur akibat perang.

Perjuangan perempuan ini akhirnya mendapat pengakuan internasional atas tekad dan usahanya yang tak kenal lelah dalam membangun kembali Kota Raqqa.

Ketika itu, pada 2014 Raqqa nyaris hancur total di bawah kendali ISIS, dan ratusan ribu orang melarikan diri.

Ranjau-ranjau yang ditanam masih ada di banyak jalan dan ribuan anggota sel tidur menunggu untuk merebut setiap kesempatan yang mungkin terjadi.

Moustaffa telah memperjuangkan hak-hak perempuan di kota kelahirannya, sehingga dia melihat ironi atas penghargaan ini - karena ISIS, yang merebut kota itu, terkenal karena menindas kaum perempuan.

Proyek Wali Kota Dunia atau World Mayor project (yang dijalankan oleh lembaga pemikir penelitian internasional, The City Mayors Foundation) telah beroperasi sejak 2004 dan membahas tema yang berbeda setiap dua tahun.

Pada 2016, fokusnya adalah pada krisis pengungsi, diikuti pada 2018, kurangnya keterwakilan perempuan di posisi administratif lokal, dan tahun ini, yayasan menangani situasi kota selama pandemi.

Tahun ini, penghargaan tersebut diberikan kepada sembilan wali kota dari seluruh dunia, termasuk Moustaffa tetapi dia adalah satu-satunya wanita yang masuk dalam daftar pemenang.

Dari hancur total kini menjadi "surga"

Ketika Moustaffa menjalankan misi membangun kembali Raqqa, tidak ada yang tersisa di sana, kecuali reruntuhan.

Tidak ada listrik, tidak ada air yang mengalir, tidak ada layanan publik dan hanya sedikit layanan kesehatan.

Tetapi pada 2020, Museum Raqqa, yang dianggap sebagai simbol warisan budaya, agama, dan sejarah kota yang beragam, telah dipugar sebagai simbol kelahiran kembali.

"Meskipun kemampuan terbatas dan kurangnya sumber daya yang tersedia, kami telah mencapai banyak hal, terima kasih kepada orang-orang di kawasan ini, kami telah mengembangkan rencana dan program yang sesuai dengan setiap tahap," kata Moustaffa.

"Dibandingkan dengan tingkat kerusakan kota yang mencapai 95%, kami mencapai banyak hal dalam waktu singkat," tambahnya.

Baca juga: Ribuan Eks Anggota Asing ISIS Diijinkan Keluar dari Raqqa

Raqqa hari ini dianggap sebagai "Surga setelah berubah dari penjara yang suram bagi penghuninya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com