Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Mitos tentang Kolesterol yang Ternyata Keliru

Hal itu terjadi saat kolesterol bersama lemak dan kalsium menumpuk di plak di dinding arteri, yang mempersempit pembuluh darah hingga menyebabkan komplikasi penyakit seperti stroke dan serangan jantung.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa peningkatan kadar kolesterol berkontribusi pada 2,6 juta kematian setiap tahunnya.

Kendati begitu, kolesterol tak melulu berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Hal ini yang kemudian banyak dipercaya oleh orang-orang, bahwa semua kolesterol adalah jahat.

Dilansir Kompas.com dari Medical News Today, para ahli menyebut ada beberapa mitos tentang kolesterol yang masih banyak dipercaya masyarakat, padahal hal tersebut keliru.

Berikut adalah mitos tentang kolesterol yang masih banyak dipercaya, namun ternyata salah.

1. Semua kolesterol jahat

“Kolesterol itu tidak jahat. Ini adalah pandangan awam yang disalahgunakan dalam gaya hidup modern kita saat ini”.

Begitu komentar ahli jantung di MemorialCare Heart & Vascular Institute di Orange Coast Medical Center di Fountain Valley, Dr Robert Greenfield, menanggapi mitos kolesterol yang banyak beredar di masyarakat.

Kolesterol sendiri merupakan komponen yang penting dari membran sel. Ia juga berperan penting dalam produksi hormon steroid, vitamin D, serta asam empedu.

Tidak benar semua kolesterol jahat karena kolesterol terbagi menjadi dua yakni
Kolesterol LDL atau Low-density lipoprotein dan kolesterol High-density lipoprotein (HDL).

LDL inilah yang dikenal sebagai kolesterol jahat, karena kadar kolesterol LDL yang tinggi dalam aliran darah meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Sedangkan HDL disebut sebagai kolesterol baik, karena mengangkut kolesterol kembali ke hati. Kemudian, kolesterol dikeluarkan dari tubuh, sehingga mengurangi risiko kardiovaskular.

2. Tubuh yang kurus bebas dari kolesterol tinggi

Tubuh kurus atau bahkan ideal sekalipun tidak menjamin seseorang terbebas dari kolesterol tinggi.

Ahli jantung dari K Health Dr Edo Paz mengungkapkan, meskipun seseorang memiliki berat badan yang ideal, kolesterol dalam tubuh bisa saja menjadi tidak terkontrol.

Faktor yang sangat berpengaruh pada kadar kolesterol adalah makanan, jarang berolahraga, kebiasaan merokok, serta minum minuman beralkohol.

Selain itu, usia dan genetik juga berkontribusi pada tingginya kolesterol dalam darah.

3. Gejala kolesterol tinggi

Dr Edo Paz mengatakan, dalam kebanyakan kasus, justru kolesterol tinggi tidak menimbulkan gejala. Karena itu, dianjurkan untuk melakukan tes darah secara berkala guna mengetahui kadar kolesterol dalam tubuh.

Sementara menurut dr Robert Greenfield, akumulasi kolesterol yang berlebihan dapat berisiko pada kerusakan hingga penyumbatan jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan nyeri dada atau angina, serangan jantung, bahkan kematian mendadak.

4. Konsumsi banyak makanan berkolesterol langsung sebabkan kolesterol tinggi

Tidak sedikit orang yang mengira bahwa makan makanan berkolesterol langsung menyebabkan kadar kolesterol menjadi tinggi. Faktanya, hal ini sedikit lebih kompleks dari yang diperkirakan.

Dr Alexandra Lajoie, seorang ahli jantung non invasif di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica menuturkan, makanan berkolesterol yang dikonsumsi tidak serta-merta berkorelasi langsung dengan kadar kolesterol.

“Makan gula, (atau) karbohidrat sederhana, dapat menyebabkan kadar kolesterol lebih tinggi, bahkan jika seseorang tidak makan banyak (makanan) berkolesterol,” ujarnya.

Jenis makanan seperti daging merah mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Makanan yang mengandung lemak jenuh tidak hanya berisiko meningkatkan kolesterol, tetapi juga meningkatkan kolesterol LDL, yang kemudian disimpan di dinding arteri pembuluh darah.

5. Wanita tidak perlu memerhatikan kadar kolesterolnya

Mitos kolesterol yang juga banyak berkembang di masyarakat adalah pria lebih rentan terhadap kolesterol. Karena itu wanita tidak perlu memerhatikan kadar kolesterolnya.

Jelas mitos sangat keliru. Faktanya, disampaikan oleh dr Edo Paz, data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention), selama 2015–2018, prevalensi kolesterol tinggi pada orang dewasa Amerika Serikat adalah 11,4 persen.

Ketika membandingkan pria dan wanita, prevalensi kolesterol tinggi adalah 10,5 persen pada pria dan 12,1 persen pada wanita.

6. usia di bawah 40 tahun tak perlu khawatir kolesterol tinggi

Kolesterol tinggi bisa diderita oleh orang-orang usia muda. Sayangnya, masih banyak yang beranggapan bahwa usia di bawah 40 tahun tidak perlu memeriksakan kadar kolesterol.

American Heart Association merekomendasikan skrining kolesterol sedini mungkin, bisa dimulai sejak usia 20-an tahun.

Dr Robert Greenfield mengatakan, semakin lama pembuluh darah Anda dialiri darah yang mengandung kadar kolesterol tinggi, risiko penyakit kardiovaskular akan meningkat di kemudian hari.

"Rekomendasi menyatakan, bahwa pemeriksaan kolesterol pertama harus dilakukan selama masa remaja, jika Anda memiliki riwayat keluarga (yang memiliki kolesterol), harus diperiksa lebih cepat," jelas Greenfield.

7. Setelah minum Statin, maka bebas makan apa saja

Statin merupakan obat penurun kolesterol. Namun mengonsumsi statin bukan berarti Anda langsung bisa bebas makan apa pun tanpa memerhatikan kadar kolesterol jahat di tubuh.

Jika Anda makan apa yang Anda inginkan dan mengonsumsi kalori secara berlebihan, berat badan Anda akan bertambah.

Ketika Anda kelebihan berat badan, terutama di sekitar daerah perut Anda, Anda dapat mengembangkan sindrom metabolik, yang merupakan keadaan pradiabetes.

“Statin bukanlah obat penurun berat badan. Tugas mereka adalah menurunkan kolesterol LDL 'jahat', dan tugas Anda adalah memperlakukan tubuh Anda dengan baik, termasuk memikirkan apa yang Anda makan.” terang dr Robert Greenfield.

(Sumber:Kompas.com/Zintan Prihatini | Editor: Bestari Kumala Dewi)

https://www.kompas.com/wiken/read/2021/11/13/161500481/6-mitos-tentang-kolesterol-yang-ternyata-keliru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke