Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waktu Luang Tak Jamin Kebahagiaan, Lalu Apa Kuncinya?

Alhasilm, memiliki banyak waktu luang menjadi impian banyak orang. Apalagi jika kita mulai penat karena padatnya kesibukan.

Gambaran bersantai sebanyak mungkin menjadi menggiurkan. Tak perlu ada pekerjaan atau hal yang harus dilakukan dan kita bebas bersantai sepuasnya.

Namun, penelitian Anderson School of Management UCLA, Amerika Serikat membantah hal tersebut.

Memiliki terlalu banyak waktu luang rupanya tidak otomatis memberikan kita perasaan bahagia.

Bahkan, waktu bersantai yang berlebihan akan cenderung dapat mengurangi kualitas dan kesejahteraan hidup.

Lalu, apa kunci kebahagiaan jika dilihat dari berapa lama waktu luang yang kita miliki dalam hidup?

Waktu luang dan bekerja yang seimbang

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah data termasuk dari Survei Penggunaan Waktu Amerika dari Biro Statistik Tenaga Kerja dan Studi Nasional Masyarakat untuk Manajemen Sumber Daya Manusia tentang Tenaga Kerja yang Berubah.

Eksperimen juga dilakukan terhadap 6.000 orang Amerika yang diminta membayangkan memiliki sejumlah waktu luang setiap hari selama setidaknya enam bulan.

Tujuannya untuk memperkirakan seberapa banyak mereka akan menikmati waktu tersebut.

Penelitian yang diterbitkan awal bulan ini di Journal of Personality and Social Psychology ini menyebutkan, kesejahteraan individu meningkat berkorelasi dengan waktu luang mereka – tetapi hanya sampai titik tertentu.

Meskipun memiliki terlalu sedikit waktu luang berdampak tidak sehat pada diri kita, terlalu banyak juga dapat mengurangi kesejahteraan.

"Kita, sebagai manusia, tidak suka bermalas-malasan," jelas Cassie Mogilner Holmes, pemimpin penelitian yang merupakan profesor studi pemasaran dan pengambilan keputusan perilaku itu.

“Apa yang kami temukan adalah bahwa jumlah waktu luang atau waktu luang yang moderat adalah jenis sweet spot yang paling membuat orang bahagia,” kata anggota riset, Marissa Sharif, asisten profesor pemasaran di Wharton School di University of Pennsylvania.

Bahaya terlalu banyak waktu luang

Memiliki sedikit waktu luang membuat orang lebih bahagia daripada memiliki sedikit waktu, karena itu mengurangi stres kala itu.

Namun jumlah waktu luang yang moderat akan membuat orang menjadi lebih baik dan lebih bahagia dibandingkan yang berlebihan.

Ketika terlalu banyak memiliki waktu luang, kita akan merasa kurang produktif dan tidak memiliki tujuan hidup.

Riset ini tidak menetapkan angka pasti untuk jumlah waktu luang yang optimal setiap harinya.

Namun, secara umum, Sharif menyebutkan jumlah yang ideal sekitar dua hingga lima jam waktu luang.

Orang yang memiliki waktu luang kurang dari dua jam per hari mengalami stres karena jadwalnya yang padat.

Namun begitu waktu luangnya melebihi lima jam maka kesejahteraanya mulai menurun. Pengecualian terjadi ketika orang-orang dengan banyak waktu luang menghabiskan waktu bersama orang lain atau merasa seperti menghabiskan waktu dengan cara yang berarti.

Hal tersebut membuat mereka tidak mengalami penurunan kesejahteraan yang sama.

Memanfaatkan waktu luang

Alih-alih memiliki waktu luang berlebihan, dia berpendapat, lebih baik mengoptimalkan cara memanfaatkan momen berharga tersebut.

1. Memilih aktivitas bersantai lain dengan bijak

Orang-orang yang menghabiskan waktu luang mereka dengan cara "produktif", seperti mengembangkan hobi baru, mengangkat beban, bersepeda, mengalami kesejahteraan yang optimal.

Intinya adalah soal melakukan hal yang baru dan bermanfaat untuk diri kita sendiri dan bentuknya bisa berbeda-beda.

Fritz menekankan, dalam konteks ini, "produktif" berarti berharga atau memuaskan dan tidak selalu berkontribusi pada kebaikan yang lebih besar.

“Bagi sebagian orang, mungkin duduk di pantai menyaksikan ombak, dan bagi yang lain, bisa menjadi sukarelawan atau merenovasi rumah.”

2. Bersosialisasi

Para pakar berpendapat, kita bisa lebih mungkin untuk bahagia jika menghabiskan sebagian waktu luang dengan bersosialisasi.

Misalnya saja terlibat dalam kegiatan sosial, berolahraga atau sekedar mengobrol bersama.

Ketika kita menghabiskan waktu luang untuk bersosialisasi, maka dampaknya akan jauh lebih baik untuk kebahagiaan.

“Jika kita cukup beruntung memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama orang lain, itu cara yang bagus untuk tidak mengalami penurunan dalam kebahagiaan yang biasanya menyertai banyak waktu luang," ujar Marissa Sharif, akademisi dari Wharton School at the University of Pennsylvania.

3. Mengubah perspektif

Perspektif yang dimiliki penting dalam menentukan kebahagiaan maupun jalan pikiran kita.

Studi juga membuktikan, menganggap waktu senggang sebagai hal yang sia-sia dapat merusak seberapa banyak seseorang dapat menikmatinya.

Orang-orang ini -yang percaya bahwa waktu luang pada dasarnya merupakan pemborosan, juga lebih cenderung stres dan cemas.

Solusinya, kita diminta untuk mengubah perspektif agar mampu lebih fokus pada tujuan akhir yang menjadi esensi dari menikmati waktu luang tersebut.

Cara ini akan meningkatkan kualitas hidup maupun kebahagiaan yang kita rasakan sekaligus membuat diri sendiri menjadi lebih baik.

Ingatkan diri bahwa segala sesuatu memiliki tujuan, termasuk ketika menikmati waktu luang seperti membaca buku atau bahkan tidak melakukan apa-apa.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Sekar Langit Nariswari | Editor: Lusia Kus Anna, Glori K. Wadrianto)

https://www.kompas.com/wiken/read/2021/10/30/075000881/waktu-luang-tak-jamin-kebahagiaan-lalu-apa-kuncinya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke