KOMPAS.com – Lidah merupakan salah satu panca indera yang dimiliki manusia.
Lidah berfungsi sebagai indera pencegap untuk merasakan apa yang masuk ke tubuh melalui mulut.
Lidah dapat merasakan pahit, asam, manis, asin, dan satu rasa tambahan yakni umami (rasa gurih).
Dalam pelajaran saat sekolah dasar (SD), diajarkan bahwa terdapat area tersendiri di lidah dari masing-masing rasa yang ada di peta lidah.
Contohnya manis di bagian depan, asin dan sama di samping, dan pahit di belakang.
Lantas, apakah benar area lidah terbagi sesuai yang dirasakan?
Baca juga: Gejala Kolesterol Tinggi Bisa Dilihat dari Warna Lidah, Ini Tandanya
Dikutip dari BBC, anggapan bahwa area lidah terbagi sesuai yang dirasakan adalah salah.
Kesalahan anggapan itu sudah ada sejak lama dan masih bertahan hingga saat ini.
Padahal, anggapan itu sudah dibantah oleh ilmuwan chemosensory (ilmuwan yang mempelajari bagaimana organ, seperti lidah merespon rangsangan kimiawi) sejak lama.
Sudah banyak penelitian yang menemukan bahwa lidah tidak mempunyai area tertentu untuk merasakan salah satu rasa.
Reseptor yang menangkap suatu rasa tersebar di mana-mana, tidak hanya terkumpul di satu area.
Namun, area tertentu sekadar hanya mempunyai kepekaan yang berbeda dengan area lainnya.
Baca juga: Lidah Juga Bisa Bertambah Gendut, Berbahayakah?
Peta lidah yang kurang tepat seperti disebutkan di atas bermula dari makalah pada 1901, Zur Psychophysik des Geschmackssinnes yang dibuat oleh ilmuwan Jerman David P Hänig.
Hänig mulai mengukur batasan persepsi rasa di sekitar tepi lidah apa yang dia sebut dengan “sabuk rasa”.
Ia meneteskan rasangan yang sesuai dengan rasa asin, manis, asam, dan pahit dalam interval di sekitar tepi lidah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.