KOMPAS.com - Awal tahun ini, publik dihebohkan dengan pembunuhan sadis yang dilakukan oleh dua orang remaja di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Dua pelaku AD (17) dan MF (14) tega membunuh MF (11) untuk menjual organ tubuhnya.
Korban ditemukan meninggal dalam kondisi mengenaskan di kolom jembatan pada 10 Januari 2023.
Pembunuhan sadis kembali terjadi pada awal bulan ini di Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Baca juga: Duduk Perkara Kasus Remaja Dirantai Orangtuanya di Bekasi
Korban yang berusia 8 tahun sebelumnya dilaporkan hilang oleh pihak keluarga. Namun, korban ditemukan meninggal tiga hari kemudian di aliran sungai sebuah kebun sawit.
Pelaku AC (17) berniat menculik korban dan meminta tebusan Rp 100 juta.
Kasus pembunuhan yang melibatkan remaja lainnya terjadi di Sukabumi, Jawa Barat pada 22 Maret 2023.
Bahkan, pembunuhan yang dilakukan dengan cara membacok korban itu disiarkan secara langsung di Instagram oleh salah satu pelaku. Tiga pelaku adalah DA (14), RA (14), dan AAB (14) dengan korban ARS (14).
Baca juga: Ramai soal Fase Quater Life Crisis dalam Kehidupan Remaja, Apa Itu?
Lantas, mengapa remaja kini kerap berbuat anarkis dan menjadi pelaku pembunuhan dengan cara sadis?
Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida mengatakan, sikap dan perilaku agresif hingga melakukan tindak kekerasan di kalangan remaja mengindikasikan adanya patologi sosial.
Patologi atau penyakit sosial merupakan perilaku yang bertentangan dengan norma kebaikan, moral, dan stabilitas lokal.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi adanya patologi sosial ini.
Pertama, tingginya paparan materi kekerasan melalui berbagai sarana, seperti game kekerasan dan film.
"Kedua, adanya rasa 'alienasi', juga tereksklusi, yaitu rasa terasing, tersisih, juag terabaikan dari lingkungan," kata Ida kepada Kompas.com, Minggu (26/3/2023).
Baca juga: Ramai soal Remaja Adang Truk demi Konten, Ini Analisis Sosiolog
Bahkan, Ida melihat para remaja ini tidak jarang menarik diri dari lingkungan karena dianggap mengganggu atau tidak merasa terekognisi oleh lingkungannya.