Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Menjadi Tuan Rumah yang Baik untuk Piala Dunia U-20

Kompas.com - 25/03/2023, 06:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA menjadi host Piala Dunia U-20 tahun ini, setelah memenangkan bidding tuan rumah bulan Oktober 2019 lalu.

Sebagai tuan rumah, Indonesia bukanlah penguasa event karena Indonesia harus mengikuti aturan main FIFA (Fédération Internationale de Football Association), yang memiliki hak atas event internasional tersebut.

Dengan kata lain, posisi Indonesia hanya sebagai tuan rumah yang tugasnya menyelenggarakan event Sepak Bola Dunia U-20 dengan baik, termasuk menerima dan memperlakukan semua peserta kompetisi Sepak Bola Dunia U-20 sebagai tamu.

Dalam konteks itu, rasanya sangat sederhana urusannya. Namun menjadi sedikit rumit, karena ada negara Israel di dalam daftar peserta yang lolos Piala Dunia U-20 tahun ini, yakni Israel sebagai runner - up Euro U-19 tahun 2022.

Inggris mengalahkan Israel dengan skor 3 -1 pada ajang Piala Eropa U-19 yang digelar di Trnava Stadium, Trnava, Slovakia, Sabtu (2/7/2022).

Artinya, jika perhelatan Piala Dunia U-20 tetap diadakan di Indonesia, mau tak mau Israel sebagai negara yang telah memenuhi kualifikasi untuk mengikutinya juga akan datang ke sini untuk berlaga.

Dan kembali kepada logika siapa pemilik event tadi, Indonesia sebenarnya tak punya wewenang untuk melarang atau membatalkan salah satu negara yang telah memenuhi kualifikasi datang ke Indonesia, termasuk Israel.

Bahkan duta besar Palestina untuk Indonesia pun tak bisa bicara banyak. Dalam konferensi persnya di Jakarta, Rabu (15/3/2023), Zuhair Al - Shun menyatakan tidak meragukan komitmen dukungan Indonesia.

Seiring dengan itu, beliau juga menegaskan bahwa partisipasi Israel dalam turnamen tersebut telah sesuai dengan aturan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan tidak serta-merta melunturkan dukungan Indonesia, selaku tuan rumah, bagi perjuangan bangsa Palestina.

Pandangan duta besar Palestina tersebut sangat bisa dipahami. Indonesia dan Palestina boleh saja tetap tidak mengakui negara Israel.

Namun itu tidak membatalkan keanggotaan Israel di dalam FIFA sebagai badan tertinggi sepak bola dunia di satu sisi dan tidak bisa membatalkan Israel sebagai negara yang telah memenuhi kualifikasi Piala Dunia U-20.

Artinya, jika Indonesia ingin tetap menjadi tuan rumah, maka jalan satu-satunya adalah dengan menjadi tuan rumah yang baik.

Indonesia harus berusaha mengesampingkan ego domestik, dengan menerima semua tamu anggota FIFA yang telah memenuhi syarat untuk berlaga di ajang Piala Dunia U-20.

Kecuali, Indonesia memilih jalan frontal, yakni mundur atau membatalkan dirinya sendiri sebagai anggota FIFA, seperti yang pernah terjadi di era Soekarno yang keluar dari Komite Olimpiade Dunia, lalu memilih mengadakan event sendiri bernama Ganefo sebagai tandingannya pada 10 November 1963.

GANEFO atau Games of the New Emerging Forces, adalah ajang olahraga tandingan Olimpiade yang digagas oleh Presiden Soekarno.

Sebelumnya, dalam pelaksanaan Asian Games 1962 yang diselenggarakan di Jakarta, Indonesia melarang Israel dan Taiwan mengikuti perhelatan tersebut, dengan alasan karena simpati kepada Republik Rakyat China dan negara-negara Arab.

Aksi Indonesia kala itu diprotes oleh Komite Olimpiade Internasional (KOI) yang mempertanyakan legitimasi Asian Games di Jakarta.

Federasi Asian Games (FAG) juga menyatakan akan mengenakan sanksi terhadap Indonesia agar batal mengikuti acara tersebut.

Alasan penyelenggara, Israel dan Taiwan merupakan anggota resmi KOI sehingga Indonesia tidak bisa secara sepihak melarang keikutsertaan negara lain.

Memang, segala sesuatu yang berurusan dengan Israel, sudah sejak lama selalu menjadi rumit jika dikaitkan dengan Indonesia. Beragam kecaman dan penolakan muncul yang meminta pemerintah Indonesia tidak menerima Timnas U-20 Israel.

Pertanyaanya, bagaimana caranya? Daftar peserta sudah final di tangan FIFA, Indonesia hanya sebagai tuan rumah yang porsinya untuk memastikan bahwa laga-laga di antara peserta yang telah dianggap FIFA menenuhi kualifikasi bisa berjalan dengan baik dan tertib, sesuai dengan standar operasional FIFA dan sesuai pula dengan ekspektasi para penikmat olah raga sepak bola.

Dengan kata lain, Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa terkait kepesertaan Israel di Piala Dunia U-20, kecuali satu, yakni menolak bermain dengan Israel jika Indonesia ternyata mendapat jadwal berlaga dengan Israel.

Risikonya, Indonesia akan dianggap kalah, poin akan diterima oleh Israel. Apakah itu yang diinginkan dari kesebelasan Indonesia?

Sebagai pembanding saja, kita bisa melihat sikap China, misalnya, di turnamen Bulu Tangkis China Open 2019 lalu.

China tidak bisa melarang musuh bebuyutannya secara politik, yaitu Taiwan, untuk hadir di acara tersebut, meskipun diadakan di China, karena event tersebut milik BWF (Badminton World Federation).

Bahkan tahun 2019 itu, Tai Tzu Ying, pemain tunggal wanita asal Taiwan, menjadi juara ke dua di kelas Women Single, mendampingi Carolina Marine dari Spanyol sebagai juara satu.

Sebagaimana diketahui betapa China tidak pernah menganggap negara Taiwan ada. Bagi China, Taiwan atau China Taipei merupakan satu provinsi dari puluhan provinsi lainnya di China.

Namun terkait event bulu tangkis sekelas China Open yang diadakan di China, pemerintah China mau tidak mau harus menerima kehadiran pemain-pemain Taiwan yang dianggap oleh BWF telah memenuhi kualifikasi untuk ikut bertanding.

Lalu pada laga Piala Dunia 2022 lalu, kita juga menyaksikan pertandingan antara Amerika Serikat dan Iran di Qatar.

Baik Iran maupun Amerika Serikat, melakoni pertandingan tersebut dengan sangat bersemangat dan meriah, yang berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat 1:0 atas Iran.

Presiden Joe Biden dengan bangga segera mengumumkan kepada publik Amerika Serikat atas kemenangan tersebut, tanpa sedikitpun mengatakan bahwa kedua negara sebenarnya tak memiliki hubungan diplomatik sejak revolusi Mullah 1979, apalagi mengungkit-ungkit berbagai persoalan yang melanda negeri Paman Sam dan Iran selama ini.

Mengapa? Karena Biden menyadari bahwa saat berbicara tentang olah raga sepak bola dan event yang diselengarakan FIFA, negara yang dipimpinnya hanyalah anggota FIFA dan peserta event, yang juga selayaknya menempatkan event sepak bola dalam konteks FIFA dan sepak bola, bukan dalam konteks lainnya, seperti agama atau politik luar negeri.

Saya kira, sikap China dan Amerika Serikat tersebut harus menjadi referensi Indonesia dalam memandang persoalan kehadiran Israel di gelaran Piala Dunia U-20 yang diselenggarakan di Indonesia kali ini.

Indonesia harus menghormati aturan main yang ada di badan sepak bola tertinggi di dunia di satu sisi dan memastikan bahwa event berlangsung dengan baik dan tertib di sisi lain, jika memang Indonesia masih ingin event tersebut tetap berlangsung di sini.

Pemerintah dan pihak yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan event ini harus mengajak semua pihak yang belum bisa menerima fakta di atas untuk duduk bersama dan menemukan kesepahaman (mutual understanding).

Masalah ketiadaan relasi diplomatik dengan Israel, pun masalah yang terkait dengan negara Israel yang dianggap sebagai penjajah, adalah topik lain untuk ranah lain yang tidak perlu dianggap berposisi "zero sum game" dengan urusan olah raga, yakni Piala Dunia U-20 kali ini.

Yang belum bisa menerima keberadaan negara Israel hari ini tidak harus menerima negara Israel setelah Timnas U-20 Israel bermain di Indonesia.

Semuanya akan seperti sediakala di Indonesia, meskipun Israel ikut berlaga di Piala Dunia U-20 di Indonesia, layaknya China pascamenggelar event olahraga yang diikuti olahragawan Taiwan masih tetap tidak menganggap Taiwan sebagai sebuah negara.

Sementara terkait urusan persepakbolaan U-20, yang memang menjadi ranahnya FIFA, sebaiknya Indonesia dan Timnas U-20 menjalankan tugas secara semestinya. Mengapa? Karena memang begitulah semestinya Indonesia dan Timnas U-20 bersikap.

“It’s just a job. Grass grows, birds fly, waves pound the sand. I beat people up,” kata legenda tinju Muhammad Ali.

Artinya, yang perlu dilakukan pemerintah dan PSSI adalah memastikan event berlangsung dengan baik dan tertib, plus standar operasionalnya sesuai dengan standar FIFA.

Sementara Timnas U-20 harus memastikan bahwa Timnas U-20 kita bisa bermain semaksimal mungkin, tanpa perlu takut dengan Timnas U-20 Israel sekalipun.

Bahkan jika ada peluang bertemu di salah satu sesi pertandingan dengan tim Israel, Timnas U-20 menyajikan performa profesional terbaiknya dan menaklukkan Team U-20 Israel.

Sementara bagi politisi dan elite-elite nasional, sebaiknya tidak memanfaatkan momen seperti ini untuk memperkeruh suasana atau meraih simpati politik belaka dengan cara yang murahan.

Alangkah baiknya para elite dan para politisi tidak menyeret publik kepada opsi mendukung atau menolak Timnas U-20 Israel. Sikap ini justru tidak mendidik dan sangat merugikan reputasi Indonesia di pentas global.

Elite-elite politik perlu memperjelas konteks dan persoalannya kepada publik, memberikan pencerahan dan sudut pandang-sudut pandang positif, tanpa perlu memperkeruh suasana dengan aksi dukung atau tolak, karena secara prinsipil, sebagai tuan rumah Indonesia justru tak berada di ranah itu.

Sikap memecah publik ke dalam pilihan dukung atau tolak justru menempatkan pemerintah dan negara Indonesia pada posisi yang sulit, bukan malah membantu pemerintah. Semoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com