KOMPAS.com - Beragam aksi kekerasan dan penganiayaan belakangan ini kerap menghiasi media massa.
Penganiayaan yang paling menghebohkan belakangan dilakukan oleh seorang anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terhadap anak pengurus GP Ansor pada 20 Februari.
Akibat penganiayaan berat tersebut, korban bahkan mengalami koma hingga saat ini.
Dalam video yang sempat beredar di media sosial, tampak pelaku yang bernama Mario Dandy Satrio berkali-kali menendang dan menginjak kepala korban. Padahal, korban saat itu sudah dalam kondisi tidak berdaya.
Baca juga: Mengapa Kasus Kekerasan di Sekolah Taruna Masih Terjadi?
Bukan hanya penganiayaan oleh Mario Dandy, aksi kekerasan bahkan juga dilakukan oleh korban pencurian ponsel belum lama ini di Depok, Jawa Barat.
Korban pencurian ponsel yang berinisial CS tega membacok pencuri yang merupakan tukang rongsokan hingga tewas.
Saat itu, pencuri dalam posisi sedang bersimpuh meminta maaf setelah terpergok mencuri ponsel CS.
Baca juga: Harun Yahya, dari Kekerasan Seksual, Kittens, hingga Kasus Penipuan
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di balik maraknya kekerasan ini?
Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono mengatakan, sebuah kekerasan atau penganiayaan bisa terjadi karena beberapa hal.
Pertama, masih berkembangnya budaya-budaya kekerasan di masyarakat merupakan salah satu alasan utama.
Menurutnya, praktik kekerasan ini memang sulit untuk dikendalikan selama masih ada ketidakadilan dan ketimpangan di masyarakat.
Apalagi, media sosial kini kerap dijadikan wadah untuk mengunggah beragam aksi kekerasan dengan berbagai tujuan.
"Kekerasan ini bawaan, sebenarnya yang diperlukan adalah semacam pengendalian atau kontrol sosial yang bisa secara cepat dan aktif untuk mencegah kekerasan-kekerasan yang terjadi," kata Drajat kepada Kompas.com, Selasa (21/3/2023).
"Tentu ini tidak bisa dilakukan hanya pada satu orang atau orgaisasi, tapi juga secara struktural," sambungnya.
Baca juga: Menemukan Kekerasan Seksual di Kampus, ke Mana Harus Mengadu?
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.