KOMPAS.com - Fenomena hujan es baru-baru ini terjadi di Gunung Merbabu, Jawa Tengah.
Kabar tersebut pertama kali disampaikan oleh seorang warganet melalui akun Instagram @baysptraaa.
"Kejadian tak terduga, dapat momen hujan es batu saat mendaki Merbabu 16 Maret 2023," tulisnya.
Ketika dikonfirmasi Kompas.com, pengunggah mengatakan kalau hujan es itu turun pada Jumat (17/3/2023) saat ia sedang mendaki puncak Ketengsongo Gunung Merbabu di pos 4 Sabana 1 via Selo.
Tepatnya terletak di Desa Genting Tarubatang, Dusun I, Suroteleng, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
View this post on Instagram
Video hujan es di Gunung Merbabu itu kemudian dibagikan ulang oleh akun Twitter @pendakilawas pada Senin (20/3/2023).
Hingga saat ini, unggahan Twitter tersebut sudah tayang sebanyak 23.000 kali dan di-retweet 114 kali.
Baca juga: Fenomena Hujan Es: Penyebab hingga Tanda-tanda Akan Terjadi
"Fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (21/3/2023).
Ia menyatakan, fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas atau gerakan udara di atmosfer yang signifikan dalam skala wilayah lokal-regional.
Menurut Miming, hujan es terbentuk berkat adanya awan Cumulonimbus (Cb). Umumnya, awan ini memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan adanya kondisi pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat di dalam awan tersebut.
Pergerakan massa udara yang cukup kuat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian dengan suhu yang sangat dingin.
Uap itu kemudian membeku menjadi partikel es. Kondisi ini lalu dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.
"Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB dikenal dengan istilah downdraft," lanjutnya.
Downdraft dapat menghasilkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan tersebut.