Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Sengaja Dibuat untuk Hiburan, Benarkah Harimau Putih Merupakan Kelainan Genetik?

Kompas.com - 10/03/2023, 17:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebut harimau putih adalah harimau dengan kelainan genetik, ramai di media sosial.

Dibuat oleh akun Twitter ini, Rabu (8/3/2023), pengunggah menuliskan bahwa harimau putih sengaja dibuat manusia untuk kebutuhan hiburan.

"Harimau putih itu harimau dengan kelainan genetik. Sengaja dibuat manusia untuk kebutuhan entertainment," tulisnya.

Melalui tangkapan layar yang dibagikan pengunggah, disebutkan bahwa mereka sengaja dikawinkan dengan keturunannya sendiri demi menghasilkan harimau berwarna putih.

Kawin sedarah ini banyak melahirkan harimau cacat dengan masalah kesehatan. Oleh karena itu, setiap satu ekor harimau putih "sempurna" disebut telah "mengorbankan" banyak harimau cacat atau mati.

"Pembiakan harimau putih bukan praktik konservasi, tapi bisnis kejam tak manusiawi," narasi dalam tangkapan layar.

Viral, unggahan ini telah menuai lebih dari 2,3 juta tayangan dengan lebih dari 35.800 suka dari pengguna pada Jumat (10/3/2023).

Lantas, benarkah harimau putih merupakan kelainan genetik yang dibuat demi kebutuhan hiburan?

Baca juga: Penjelasan Dokter soal Kucing Kekar Berotot seperti Binaragawan


Harimau putih merupakan leucistic

Dokter hewan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Bali, Dyah Ayu Risdasari Tiyar Noviarini membenarkan, harimau putih adalah salah satu kelainan genetik.

Menurut dia, harimau putih tercipta karena leucistic, kelainan genetik akibat kekurangan pigmen.

"Kalau dia diciptakan untuk tujuan entertainment ya tidak semua seperti itu. Kecuali orang-orang yang bertujuan untuk bisnis," ujar dokter yang kerap disapa Rini, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/3/2023).

Pasalnya, lanjut Rini, semua yang memiliki kelainan genetik kerap dianggap lucu, aneh, bahkan bernilai tinggi.

Hal tersebut berlaku pula untuk hewan albino yang justru dianggap langka dan bernilai jual mahal, padahal sebenarnya mengalami kecacatan.

Dia menegaskan, harimau putih sebenarnya tidak perlu dikembangbiakkan. Mereka lahir karena tidak sengaja dari perkawinan dua harimau pembawa gen leucistic.

Perkawinan antar pembawa gen ini jelas akan berdampak terhadap keturunan, terutama masalah kesehatan.

Terlebih, jika perkawinan terjadi dalam satu keluarga, Rini mengatakan pasti akan ada keturunan yang mengalami kecacatan.

"Orang-orang yang cari keuntungan itu kan ngawinin dengan sengaja. Tanpa mempedulikan kondisi kesehatan satwanya," ungkap Rini.

Oleh karena itu, kata dia, jarang sekali kondisi leucistic terjadi secara alami di alam liar. Sebab, hewan dengan kelainan genetik ini cenderung tidak akan bertahan lama.

"Apalagi jenis harimau. Selain punya masalah kesehatan, mereka akan susah berburu mangsa. Karena warna putih itu akan menyulitkan mereka untuk berkamuflase untuk hunting," lanjutnya.

Baca juga: Ramai soal Lumba-lumba Disebut Suka Memperkosa dan Membunuh, Pakar: Info yang Menyesatkan

Harimau putih lebih dulu muncul di alam liar

Terpisah, dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), drh Slamet Raharjo mengungkapkan, harimau putih adalah spesies Bengal tiger atau Panthera tigris tigris, sama seperti harimau Bengal normal.

Harimau putih merupakan individu yang kehilangan gen pembawa pigmen melanin secara tidak sempurna.

"Artinya, warna putih pada harimau Bengal putih secara genetik bersifat gen resesif, sementara pada warna normal gennya dominan," terangnya kepada Kompas.com, Jumat.

Berdasarkan sejarah, menurut Slamet, harimau putih liar sudah terlihat sejak 1556-1605 di India.

Namun, bukti fisik harimau putih yang tertangkap hidup baru ada pada 1915, yakni seekor harimau jantan bernama Mohan yang dipelihara Maharaja di India.

Lantaran hanya ada satu ekor, jantan ini kemudian dikawinkan dengan beberapa betina dan menghasilkan anakan heterozigotik, yakni individu yang secara fenotip atau visual terlihat normal, tetapi secara genetik membawa gen putih.

"Karena gen putih ini sifatnya resesif, maka hanya bisa muncul bila kedua induk, yaitu jantan dan betina, sama-sama membawa gen resesif putih," imbuhnya.

Baca juga: Warganet Ingin Pelihara Kapibara, JAAN: Bukan Satwa yang Seharusnya Jadi Hewan Peliharaan

Senada dengan Rini, Slamet pun membantah bahwa kelainan genetik pada harimau putih diciptakan untuk tujuan hiburan. Sebab, kelainan genetik ini justru lebih dulu muncul di alam liar.

"Semua anak-anak Mohan generasi pertama baik jantan maupun betina membawa gen putih 50 persen, sehingga ketika anakan jantan dan betina ini dikawinkan menghasilkan anakan 25 persen normal, 50 persen heterozigotik resesif, dan 25 persen albino," paparnya.

Namun, lanjut Slamet, saat anak betina dikawinkan dengan Mohan, maka akan menghasilkan 50 persen anak heterozigotik resesif dan 50 persen putih.

Dosen UGM ini berpendapat, kawin sedarah atau inbreeding dalam dunia hewan bukanlah hal tabu, dan kerap terjadi di alam liar.

Meski anggapan kawin sedarah akan menghasilkan anak cacat adalah benar, tetapi perlu dipahami bahwa kecacatan fisik memerlukan beberapa generasi kawin sedarah.

"Untuk dapat mengumpulkan gen resesif pembawa cacat fisik dapat muncul pada satu individu anakan, probabilitasnya sangat kecil," kata dia.

Oleh karenanya, menurut dia, warna putih pada hewan yang secara natural bukan putih perlu diapresiasi dan dilestarikan bila perlu, agar gen pembawa warna putih tidak punah.

"Salah satu metodenya adalah inbreeding, terlepas hasil anakan ditujukan untuk konservasi warna atau untuk entertainment," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com