Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Fenomena cancel culture adalah suatu hal yang sering terjadi dalam industri hiburan di Korea Selatan. Pasalnya, pesohor Korea Selatan dituntut memiliki catatan hidup bersih dan terbebas dari segala isu negatif.
Menurut New York Post, cancel culture adalah fenomena “membatalkan” orang, merek, bahkan acara dan film karena dianggap bermasalah atau memiliki pengaruh buruk untuk masyarakat.
Masih dari sumber yang sama, Profesor Sosiologi dan Kriminologi Universitas Villanova, Dr. Jill McCorkel, mengatakan bahwa akar budaya membatalkan telah hadir sepanjang sejarah peradaban manusia.
Masyarakat menghukum orang karena berperilaku di luar norma sosial yang dianut selama berabad-abad.
Dalam konteks ini, cancel culture adalah fenomena membatalkan atau memboikot yang dilakukan masyarakat untuk mengekspresikan sikap ketika seseorang melanggar norma sosial dan hukum.
Menurut Korea JoongAng Daily, cancel culture terjadi akibat ekspektasi masyarakat Korea Selatan yang menganggap bahwa tugas selebritas bukan hanya untuk menghibur, namun juga harus memberikan contoh untuk bersikap baik bagi masyarakat.
Anggapan tersebut membuat selebritas Korea Selatan harus berperilaku baik didepan maupun belakang layar. Jika tidak, karier mereka akan hancur seketika akibat cancel culture.
Fenomena tersebut juga terjadi pada aktor Yoo Ah In yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Informasi ini disebutkan dalam Kamjagiya Korea! episode “Perkembangan Kasus Yoo Ah In, Terancam Terkena Cancel Culture” dengan tautan akses dik.si/KamKorYooAhIn.
Lantas, kasus apa saja yang menyebabkan selebritas Korea Selatan terkena cancel culture?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.