KAJIAN Economist Intelligence Unit (IEU) cukup menyentak. Indonesia ternyata pemegang rekor kedua dalam hal banyaknya makanan yang terbuang.
Setiap tahun warga Indonesia membuang 300 kilogram (kg) makanan per orang. Adapun peringkat pertama adalah Arab Saudi (427 kg) (Kompas.id, 17/3/2019).
Riset Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama sejumlah lembaga memberikan angka yang lebih rendah dari data IEU.
Disimpulkan bahwa banyaknya sampah makanan mencapai 23 juta-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019. Jumlah ini setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun (Kompas.id, 9/6/2021).
Riset Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian pada 2019 memberikan gambaran lebih rinci.
Di Jabodetabek, total makanan yang dibuang oleh setiap rumah tangga rata-rata mencapai 28 kg per orang per tahun (Kompas.id, 21/11/2020).
Jenis makanan buangan terbanyak adalah sayuran (7,3 kg), buah-buahan (5 kg), nasi (2,7 kg) dan selebihnya lauk-pauk seperti tempe, tahu, daging dan ikan.
Riset BKP juga menyimpulkan bahwa makanan yang dibuang di restoran rata-rata 4,3 kg per orang per tahun.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk miskin yang masih banyak, yaitu 9,57 persen pada September 2022 (BPS), atau sekitar 26 juta orang, banyaknya makanan yang terbuang itu cukup ironis.
Dalam riset Bappenas, diperkirakan sampah yang terbuang setara dengan makanan untuk 61-125 juta orang per tahun.
Secara nasional, kerugian ekonomi sampah makanan mencapai Rp 213 triliun-Rp 551 triliun atau setara 4-5 persen PDB Indonesia.
Jika pengelolaan produksi, distribusi dan konsumsi pangan dapat dikelola dengan baik, maka jumlah penduduk miskin akan jauh lebih sedikit, dan masalah bayi tumbuh tidak normal (stunting) yang saat ini diderita oleh satu dari setiap tiga anak balita mungkin tidak ada lagi.
Dari aspek lingkungan, sampah makanan yang terbuang menyebabkan emisi gas rumah kaca sebesar 1.702,9 mega ton karbon dioksida ekuivalen.
Akumulasi gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan suhu bumi yang semakin panas, dengan segala akibatnya.
Masalah sampah makanan tidak hanya mendera Indonesia. Banyak negara lain juga mengalami hal yang sama. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi sampah makanan (Kompas.id, 21/9/2019).
Inggris melibatkan masyarakat dan industri makanan untuk menekan volume sampah makanan di setiap tahap rantai pasok. Sebanyak 45 persen perusahaan berhasil menurunkan 17 persen sampah makanan pada 2020.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.