Indra menyatakan, jika operasi ini ingin diterapkan terhadap wanita transgender, harus dilakukan penelitian yang penjang terlebih dahulu.
Meski begitu saat ini, menurutnya, penelitian terkait transplantasi atau pemindahan rahim ke wanita transgender belum mendapatkan hasil yang pasti atau terbukti bisa dilakukan.
Namun, ia tidak menampik kalau wanita transgender mungkin bisa saja hamil dengan catatan adanya teknologi yang memungkinkan itu terjadi.
"Ke depan pasti bisa karena kemajuan teknologi, hanya membutuhkan riset yang panjang dan pertimbangan etik yang luas," ujarnya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Transgender pada Kasus Zahad, Pria India yang Hamil dan Melahirkan...
Indra menjelaskan, prosedur transplantasi rahim harus melalui penelitian lebih lanjut jika ingin diterapkan pada wanita transgender.
Penelitian yang dilakukan juga tidak mudah. Hal ini karena para dokter memiliki berbagai pertimbangan sebelum melakukan tindakan tersebut.
"Karena tidak hanya organ saja yang ditanam, tapi juga mempertimbangkan hormonal dan anatomis wanita transgender yang berarti bahwa ini tidak mungkin mudah dilakukan," lanjutnya.
Menurutnya, wanita dan wanita transgender memiliki perbedaan hormon dan anatomi tubuh.
Wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron yang dominan. Sementara wanita transgender yang secara genetik merupakan pria lebih dominan hormon testosteron.
Jika seorang wanita transgender ingin seperti wanita, maka mereka harus suntik hormon yang sesuai dengan kondisi wanita hamil secara terus-menerus.
Baca juga: Ibu Hamil Meninggal Usai Ditolak RSUD Subang, Kemenkes: RS Punya Kewajiban Beri Pertolongan Pertama
Perbedaan anatomi tubuh antara keduanya juga menjadi hal yang membuat prosedur transplantasi rahim ke wanita transgender susah dilakukan.
"Persyarafan dan anatomi cowok dan cewek berbeda. Suplai rahim berasal dari pembuluh darah uterina dan ovarica. Di transgender tidak ada," lanjutnya.
Indra menceritakan, pada awal 2022, sempat ada ahli bedah di New Delhi yang menyatakan akan segera melakukan transplantasi rahim pada seorang wanita transgender.
Operasi tersebut belum pernah berhasil dilakukan pada orang yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir.
Akibatnya, pengumuman tersebut memicu serangkaian reaksi atas implikasi dari prosedur tersebut.
Menurutnya, seharusnya ada penelitian yang panjang dan bertahap terlebih dahulu sebelum operasi itu diumumkan ke publik.
"Untuk memastikan bahwa prosedur ini aman dan efektif, banyak penelitian perlu dilakukan. Bermula pada model komputer, hewan, dan kadaver," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.