Salah satu alasan Dzakir memilih melakukan bug bounty di luar negeri karena ia bisa mendapatkan banyak uang mulai dari 1.000, 2.000, 2.500, hingga 4.500 dollar AS.
Baca juga: Hacker asal Sleman Raup Rp 31,5 Miliar dengan Meretas Perusahaan di AS
Dzakir menceritakan, penemuan bug dalam sistem keamanan Google bukanlah suatu hal yang mudah. Ia mengatakan, bahwa ini bukanlah kali pertamanya menemukan bug di sistem keamanan perusahaan teknologi tersebut.
Sebelumnya ia sudah pernah menemukan bug Google sebanyak empat kali, namun selalu ditolak oleh Google.
"Pertama saya lapor di Google itu sebanyak 5 kali, tapi yang 4 kalinya itu laporannya ditolak karena tidak valid. Lalu akhirnya saya coba cari lagi dengan bantuan temen, akhirnya dapat," jelasnya.
Baca juga: Ramai Layanan Dukcapil Online Dimatikan Sementara karena Ancaman Hacker, Benarkah?
Awalnya Google masih menolak laporan kelimanya tersebut karena mereka masih belum paham dengan apa yang ia temukan di sistem Google.
Ia mengeklaim, bug yang ia temukan adalah salah satu bug yang cukup langka. Di mana bug tersebut jarang ditemukan oleh bug hunter (pencari celah keamanan) lain.
"Jadi lumayan harus debat dulu karena kebetulan bug yang saya temukan ini jarang ditemuin oleh bug hunter lain. Debatnya sampai setengah bulan untuk menjelaskan bahwa bug yang saya temuin ini valid dan ada dampaknya," ungkap Dzakir.
"Jadi nemunya itu pada 2020 akhir, tapi diterimanya pada 2021. Sedangkan di 2022 kerentanan yang saya temukan tersebut masuk ke dalam kategori kerentanan terbaik yang pernah ditemukan di Google," tambahnya.
Namun, pada akhirnya Google menerima dan memberikan penghargaan sebesar 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 76 juta.
Baca juga: Penjelasan BIN soal Surat Presiden Disebut Bocor oleh Hacker Bjorka
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.