Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matahari Memasuki Periode Paling Aktif dalam Satu Dekade, Ini Dampaknya pada Bumi

Kompas.com - 02/03/2023, 09:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan mengatakan, Matahari kemungkinan akan 'bangun' dan memasuki periode paling aktif dalam satu dekade.

Selama periode aktif, Matahari akan memancarkan semburan energi elektromagnetik yang dapat memengaruhi banyak hal, termasuk jaringan listrik hingga sinyal GPS.

Fenomena ini umumnya terjadi setiap 11 tahun sekali, dikutip dari Insider.

Meski tidak menimbulkan masalah di masa lalu, para ilmuwan kini khawatir fenomena tersebut akan banyak berpengaruh pada Bumi.

Pasalnya, manusia kini lebih bergantung pada listrik dan interkonektivitas.

Masalah bagi perjalanan udara

Selama periode paling aktif, Matahari akan membuang energi lebih banyak ke arah Bumi.

Saat medan magnet lokal Matahari semakin kusut dan saling bertabrakan, mereka bisa meledak.

Energi dan partikel dari Matahari ini kemudian dikeluarkan ke luar angkasa.

Baca juga: Manfaat Sinar Matahari bagi Kesehatan Mental

Akibatnya, energi tersebut akan memengaruhi komunikasi dengan mengubah ionosfer, lapisan partikel bermuatan di atmosfer bagian atas.

Hal tersebut bisa menyebabkan masalah untuk perjalanan udara.

"Cuaca luar angkasa dapat menghentikan penerbangan. Administrasi Penerbangan Federal tidak akan mengizinkan penerbangan jika mereka tidak memiliki komunikasi radio dan satelit," kata profesor fisika ruang angkasa di University of Reading, Mathew Owens.

Sebuah studi 2023 yang mengamati catatan penerbangan selama 22 tahun menemukan, pesawat 21 persen lebih mungkin tertunda setidaknya 30 menit saat Matahari berada dalam fase sangat aktif.

Pasalnya, sinar dapat mengubah medan magnet di ionosfer yang dapat memengaruhi sinyal GPS, sehingga sinyal harus menembus lapisan tersebut untuk mencapai Bumi.

Sinyal radio yang dikirim dari Bumi juga perlu dipantulkan dari ionosfer untuk berpindah dari satu titik ke titik lainnya.

Meski sinyal radio jauh kurang penting untuk komunikasi dasar saat ini, tetapi beberapa industri menggunakan sinyal radio untuk mendukung sistem komunikasi alternatif jika terjadi kegagalan.

Baca juga: Dihantam Badai Tropis, Selandia Baru Umumkan Keadaan Darurat Nasional

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com