Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ahsani Taqwim A
Dosen

Dosen Kajian Televisi, Radio dan Media Baru di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pakuan

Memilih "Child Free" di Ruang Publik Digital yang Dipenuhi Kemarahan

Kompas.com - 20/02/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam ruang publik yang digagas oleh Habermas pada masa awal hanya bisa diakses oleh kaum Borjuis atau kelas menengah ke atas dan laki-laki.

Habermas mendefinisikan ruang publik sebagai “ruang di mana orang membaca, berdiskusi, dan menulis tentang opini, isu, dan ide di kedai kopi dan ruang pertemuan publik”.

Warnick dan Heineman (2012) dalam buku Rhetoric Online: The Politics of New Media menambahkan bahwa di lingkungan media kita saat ini, memungkinkan itu terjadi.

Alih-alih hadir secara fisik dalam diskusi publik, orang-orang saat ini dapat berpartisipasi untuk berkomunikasi satu sama lain untuk berbagi pemikiran dan pendapat tentang isu-isu sosial di dunia maya.

Dalam kasus Gitasav pun demikian. Hadirnya banyak diskusi yang membahas tentang pandangan hidup dan pilihan hidup dari Gitasav perlu diakui adalah hal yang menarik dan menyenangkan.

Walaupun pada sisi gelapnya adalah terdapat pihak-pihak yang menyerang bukan dari sisi argumentasi, namun menyerang dari sisi fisik, gender, bahkan menyinggung keluarga dan privasi.

Media sosial didesain untuk marah

Gitasav sebagai orang yang mengambil keputusan childfree hingga mengumumkan hal tersebut ke internet, seharusnya juga paham bahwa ketika orang memutuskan untuk terlibat dalam percakapan di media sosial, itu berarti mereka membiarkan diri mereka berkomunikasi satu sama lain.

Tulisan Luke Munn (2020 dalam esai berjudul Angry by design: toxic communication and technical architectures (dikutip oleh Chloë Arkenbout) menyatakan bahwa desain media sosial saat ini mengarahkan kita untuk selalu merespons apa yang ramai dan cenderung membangkitkan emosi.

Postingan dengan keterlibatan lebih tinggi akan menjadi prioritas dan akan muncul di linimasa terus menerus, sampai akhirnya diganti postingan dengan keterlibatan yang lebih tinggi lagi; sedangkan posting dengan skor lebih rendah dikubur atau dipinggirkan.

Karena itu, topik-topik kontroversial yang membangkitkan emosi dan amarah secara konsisten mencapai keterlibatan yang tinggi. Hal semacam ini yang kemudian memancing reaksi dan membentuk kubu-kubu berlawanan.

Tak terkecuali warga internet di Indonesia yang cenderung menyerang secara personal dan menjadikan platform media sosial untuk menekan pengguna lain yang kebetulan tidak sepemahaman atau tidak sejalan dengannya.

Di lain kasus media sosial ini tak jarang kita gunakan sebagai alat mendapat keadilan, kejelasan hukum, bantuan moral hingga menyelesaikan masalah yang kadang hanya bisa terjadi karena telah diramaikan di media sosial.

Jadi kita sebagai pengguna didorong untuk menjadi marah karena memang desain media sosial itu sendiri.

Dalam beberapa kasus ini berhasil dan baik. Sayangnya pada kasus lain kita terkesan memaksakan kehendak, dan terlihat sebagai kumpulan pengguna media sosial yang lebih cenderung memaksa orang untuk mengaku salah atas argumen pribadi yang telah disampaikan meskipun hal tersebut tidak sampai merugikan orang lain.

Walaupun memang kita tidak bisa menyalahkan desain media sosial melulu, sebab kemarahan juga adalah fenomena sosiologis, bahkan filosofis yang lebih luas.

Ketika diskusi berlangsung, kita sering memisahkan diri dengan lawan menjadi musuh, di mana orang lain dianggap berbeda, kemudian mempertanyakan identitas dan selanjutnya mengancam orang lain di media sosial, seperti kejadian yang menimpa Gitasav.

Perdebatan di media sosial–bahkan juga di media konvensional–tentang child free dan Gitasav, tak sedikit pengguna menyerang Gitasav sebagai perempuan dan dianggap mengampanyekan ajaran sesat.

Mungkin harapannya agar Gitasav bisa meminta maaf dan segera sadar akan pentingnya punya anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

Tren
Ketika Makam Mbah Moen di Mekkah Tak Pernah Sepi Peziarah...

Ketika Makam Mbah Moen di Mekkah Tak Pernah Sepi Peziarah...

Tren
Jerat Judi Online dan Narkoba di Lingkungan Kepolisian, Kompolnas: Ironis…

Jerat Judi Online dan Narkoba di Lingkungan Kepolisian, Kompolnas: Ironis…

Tren
Bulan Disebut Mulai Menjauh dari Bumi, Kecepatannya Setara dengan Pertumbuhan Kuku Manusia

Bulan Disebut Mulai Menjauh dari Bumi, Kecepatannya Setara dengan Pertumbuhan Kuku Manusia

Tren
Deretan Korban Tewas karena Judi Online, Terbaru Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Deretan Korban Tewas karena Judi Online, Terbaru Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Tren
Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Tren
Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Tren
Mengenal 'Bamboo School' Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Mengenal "Bamboo School" Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Tren
Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Tren
Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Tren
Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Tren
Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Tren
UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

Tren
Mantan Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Mantan Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Tren
Cara Memilih Sekolah SMP-SMA Jalur Zonasi PPDB Jakarta 2024

Cara Memilih Sekolah SMP-SMA Jalur Zonasi PPDB Jakarta 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com