Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ahmad M Ramli
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Heboh ChatGPT dan Dunia Pendidikan Tinggi Kita

Kompas.com - 18/02/2023, 10:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lalu bagaimana alat ini dapat digunakan untuk kebaikan dan tidak merugikan?

Hancock melihat, potensi AI untuk membantu orang melakukan pekerjaan secara lebih efektif dengan segala kekurangannya.

Pada akhirnya, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengembangkan AI yang mendukung tujuan manusia, dan mendidik cara terbaik menggunakan teknologi baru ini secara efektif dan etis.

Langkah antisipatif perguruan tinggi

Transformasi digital, termasuk lahirnya platform ChatGPT, adalah fakta yang dihadapi dunia saat ini sebagai dampak revolusi digital.

Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang menekankan lahirnya sumber daya manusia berkualitas dan berkarakter mulia, tentu harus mengawal dan mengantisipasi proses ini dalam ekosistemnya.

Pengembangan daya kritis para akademisi dan mahasiswa, logika cerdas dengan tetap menjunjung tinggi budi pekerti adalah hal penting.

Prinsip invensi dan penciptaan berbasis originalitas dan etika akademik serta penghargaan atas kekayaan intelektual harus dijaga, dibudayakan dan terus dikembangkan dalam ekosistem kampus.

Seiring waktu, jika tidak ada kebijakan yang berubah dari developernya, maka ChatGPT akan terus berkembang dan penggunaannya di kampus tidak dapat dihindari.

Dalam kondisi inilah para dosen harus memahami dan terus meng-update model bisnis platform ini secara praktis. Dengan demikian, dosen dapat mengetahui mana mahasiswa yang menjadikan platform tersebut seutuhnya tanpa mereka bekerja secara kreatif, berpikir kritis, dan tidak menganalisisnya secara cerdas dan jujur.

Berdasarkan pengetahuan ini, dosen juga akan memahami, mana mahasiswa yang menjadikan ChatGPT sebatas sebagai sumber referensi dan bahan dasar untuk dianalisis, dikritisi, dikembangkan, dikomparasi, hingga diramu dengan logika cerdas dengan tetap menjunjung tinggi etika dan kejujuran ilmiah.

Dosen juga sebetulnya dengan mudah bisa mendeteksi dua model tersebut dengan melakukan cek-ricek.

Caranya adalah dengan meng-input instruksi atau pertanyaan melalui platform chatGPT, dengan menggunakan keyword atau kalimat tertentu dan melakukan komparasi hasilnya dengan jawaban atau pekerjaan mahasiswa.

Secara praktis kita juga sebetulnya bisa membedakan bahasa chatbot dan bahasa yang benar-benar natural jika menelitinya secara detail.

Dalam menghadapi transformasi digital yang demikian cepat, perguruan tinggi hendaknya lebih intens dan fokus mengembangkan daya pikir analitik dan penalaran kritis mahasiswa, ketimbang membiarkan mereka menyelesaikan tugas-tugas mandiri yang bisa mereka lakukan dengan hanya memanfaatkan berbagai infrastrukstur digital semata.

Mengombinasikan tugas-tugas mandiri mahasiswa dengan diskusi dan eksplorasi penalaran kritis di kelas bersama dosen, hingga berdiskusi antarmahasiswa adalah hal penting untuk menjaga kualitas.

Semua materi yang diperoleh mahasiswa secara mandiri dari berbagai sumber platform digital akan menjadi hal menarik dan dinamis jika dikritisi dan didiskusikan di kelas.

Kehadiran ChatGPT justru harus dimanfaatkan untuk pengayaan dalam proses akademik di kampus dengan pemanfaatan kontennya secara selektif.

Saya menekankan frasa "penggunaan konten secara selektif" ini penting untuk diperhatikan, mengingat chatbot berbasis AI dalam beberapa hal tidak selalu akurat, bahkan bisa memberikan instruksi secara tak terduga hingga fatal.

Sudah saatnya sistem perguruan tinggi berfokus pada kualitas daya nalar mahasiswanya dengan memanfaatkan secara optimal teknologi digital.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com