Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Childfree, Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Kompas.com - 09/02/2023, 18:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Mementingkan diri ketimbang anak

Sementara itu secara psikologis, Ratna menganggap jika orang memilih childfree karena mendahulukan diri sendiri dan kurang suka berhubungan dekat dengan orang lain. Ia menyebut, orang tipe ini tidak menemukan arti dari anak dalam suatu keluarga.

"Mereka biasanya tidak mempunyai emosi yang dalam. Tidak bisa punya hubungan yang benar-benar dekat dengan orang lain," ujarnya.

Di luar itu, Ratna menilai, orang dewasa yang childfree senang mempunyai aktivitas sehari-hari yang bebas dari tanggungan atas anak. Mereka jadi punya waktu untuk mengutamakan pekerjaan dalam hidupnya.

"Mereka tidak perlu memikirkan siapa yang mengasuh dan membimbing anak," tambahnya.

Alasan lain orang dewasa childfree karena ia mungkin merasa bersalah karena merasa kurang mampu merawatnya. Orang seperti ini berpikir mereka kurang uang, ingin fokus berkarier, atau tidak bisa memberi pendidikan cukup kepada anak.

"Ketakutan tidak bisa membahagiakan anak dari segi materi membuat mereka memilih tidak punya anak," jelasnya.

Baca juga: Ramai soal Anak Dilecehkan Ayahnya Usai Ibunya Meninggal, Ini Tanggapan KPAI dan Komnas Perempuan

Tuntutan lingkungan

Sosiolog Universitas Sepuluh Maret Drajat Tri Kartono mengungkapkan, memang ada pergeseran tren di kalangan masyarakat. Orang tidak lagi menganggap anak bernilai tinggi, melainkan sebagai beban.

"Dulu ada kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Anak bukan dianggap beban biaya dalam perekonomian keluarga tapi justru sumber pendapatan," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/2/2023).

Drajat mencontohkan, orang zaman dulu bisa diminta membantu orang tua bekerja di pasar atau sawah.

Namun, saat ini muncul perkembangan zaman yang menghasilkan spesialisasi pekerjaan. Anak tidak bisa lagi dengan mudah dipekerjakan di tempat kerja orang tuanya.

"Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan banyak orang. Kemudian, anak itu tidak bisa langsung membantu ekonomi orang tua. Hingga kemudian dianggap sebagai beban atau cost biaya," lanjutnya.

Menurut Drajat, orang tua harus mengeluarkan uang untuk biaya kebutuhan anak, antara lain sekolah, les, dan kesehatan. Kondisi ini masih ditambah oleh standar masyarakat yang menuntut orang tua memberikan hal yang terbaik bagi anak.

"Ini menyebabkan banyak anak jadi banyak beban. Di situlah orang jadi mengurangi jumlah anak. Dulu misalnya 6 sekarang maksimal dua atau tiga, bahkan satu sudah cukup," jelasnya.

Tidak hanya itu, ia memandang hubungan orang tua dan anak di dalam keluarga saat ini cenderung bersifat privat. Kondisi tersebut memicu orang untuk melindungi privasinya.

Orang-orang ini tidak mau kehidupannya diganggu orang lain karena ia sanggup mengelola kepemilikannya sendiri. Hal demikian tetap berlaku meskipun antara orang tua dan anak kandung.

Drajat menambahkan, jika orang tersebut mau mempunyai anak, dia akan cenderung memilih adopsi. Dia tidak akan terlalu terbebani daripada merawat anaknya sendiri.

Baca juga: Ibu Muda di Jambi Cabuli 17 Anak, dr Boyke Sebut soal Kelainan Seks

Peran anak dalam masyarakat

Drajat menambahkan, masyarakat memang akan cenderung bereaksi negatif kepada orang yang memutuskan tidak memiliki anak.

Hal ini terjadi karena masyarakat cenderung berpegang pada nilai lama bahwa orang menikah agar punya anak. Orang yang tidak punya anak akan dianggap tidak subur.

Akibatnya, orang yang tidak punya anak akan disalahkan. Masyarakat juga tetap akan menyalahkan orang tersebut meski memiliki alasan khusus untuk hidup tanpa keturunan.

"Tidak punya anak seperti jadi beban yang dituduhkan kepada seseorang, mirip dengan masyarakat yang menyalahkan orang yang tidak menikah. Masyarakat memiliki norma di mana setiap orang punya kewajiban sosial yang harus dipenuhi," jelasnya.

Salah satu kewajiban sosial yang harus dipenuhi dari orang dewasa adalah melahirkan anak sebagai penerus nilai sosial di masyarakat.

Drajat mencontohkan, saat orang tua sakit, anaklah yang bertanggung jawab merawatnya. Kebalikannya, orang tua juga memberi contoh teladan kepada sang anak.

Tanpa anak, orang dewasa tidak akan menyumbang generasi baru yang akan menerapkan perilaku baik dalam kehidupan sosial.

"Nilai anak tidak sekadar ekonomi, pekerjaan, dan jaminan di saat tua. Tapi juga punya fungsi untuk membangun dan mempertahankan nilai, solidaritas, dan moralitas di masyarakat," ujarnya.

Selain itu, masyarakat juga akan kesulitan berhubungan dan merawat orang dewasa yang tidak memiliki anak saat ia kelak menjadi tua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com