KOMPAS.com - Terdapat sejumlah tradisi khas di lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
Dari beberapa tradisi, terdapat sejumlah kelengkapan bernilai luhur sebagai makna dari pusaka yang harus dijaga. Salah satunya adalah "Ular-ular Perang".
Dilansir dari buku "Tradisi TNI Angkatan Laut" terbitan Dinas Perawatan Personel TNI AL 2020, Sang Saka Getih-Getah Samudra atau Sang Saka Gula Kelapa adalah sebutan bagi bendera kerajaan Majapahit.
Baca juga: Mengenal Upacara Pedang Pora, Tradisi Khas Mengantar Perwira TNI AL Memasuki Jenjang Perkawinan
Bendera ini bercorak lima garis merah dan empat garis putih horizontal yang sama lebar.
Bermula dan berakhir dengan pola garis berwarna merah yang melambangkan wilayah Nusantara dalam sumpah Amukti Palapa.
Sampai sekarang, bendera ini dikibarkan TNI AL di semua kapal perangnya sebagai bendera maritim dengan nama panji "Ular-ular Perang".
Baca juga: Mengenal Wisuda Purna Wira, Tradisi Upacara bagi Pati TNI AL yang Memasuki Masa Pensiun
Adapun "Ular-ular Perang" menjadi tanda dari Kapal Perang Republik Indonesia (KRI).
Sementara itu, pada suatu tiang, dikibarkan "Ular-ular Perang" yang berwarna merah putih, mendatar, dan ujungnya terbelah dua.
"Ular-ular Perang" tersebut dipasang di tiang gafel KRI selama aktif sebagai kapal perang.
Namun, bila "Ular-ular Perang" diturunkan dari KRI, menandakan berakhirnya operasionalisasi KRI dalam melaksanakan pengabdian dan menjaga perairan Nusantara.
Baca juga: Mengenal Tradisi Ladies First di TNI AL, Bagaimana Praktiknya?
Infografik: CEK FAKTA: Benarkah Presiden Sri Lanka Kabur Menggunakan Kapal TNI AL?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.