Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Budaya Disiplin Mengurangi Kecelakaan Lalu Lintas

Kompas.com - 30/01/2023, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di negara maju seperti Singapura, angkutan umum berbasis bis dan kereta mendominasi moda angkutan dalam kota.

Yang perlu dilakukan sekarang adalah menegakkan peraturan berlalu lintas, yang di beberapa kota tampaknya kurang begitu efektif.

Berikut ini adalah tiga perilaku tidak disiplin dari pemotor yang perlu dicegah oleh aparat bersama masyarakat.

Pertama, masih sering terlihat pengendara sepeda motor yang tidak menggunakan helm, termasuk ibu-ibu, pemuda, dan pelajar sekolah.

Pegiat ojek juga tidak selalu meminta penumpangnya untuk memakai helm. Pelanggaran itu umum terjadi di kawasan permukiman pinggir dan luar kota.

Kedua, batasan kecepatan kendaraan sering tidak dipatuhi, bahkan di dalam lingkungan perumahan padat sekalipun. Solusi secara fisik ini agaknya lebih efektif daripada rambu-rambu lalu lintas, namun membuat tidak nyaman bagi pengendara.

Banyaknya ‘polisi tidur’ di kawasan permukiman padat penduduk mengindikasikan adanya ketidakpedulian dan pengabaian sebagian warga terhadap peraturan berlalu lintas.

Ketiga, ketentuan untuk berhenti terlebih dahulu sebelum memasuki jalan yang lebih tinggi kelasnya tidak dipatuhi oleh kebanyakan pengendara.

Penyebabnya adalah tidak adanya rambu-rambu dan marka jalan, dan mungkin ketidaktahuan tentang adanya ketentuan itu. Kalau pun tahu, pengendara mobil/motor cenderung mengabaikannya dengan alasan sudah yakin tidak ada kendaraan di depan.

Pembudayaan disiplin

Budaya disiplin berlalu lintas perlu ditanamkan sejak dini. Dengan demikian pada usia dewasa setiap orang akan melakukannya secara otomatis.

Di Jepang, anak-anak usia TK dan SD sudah dibiasakan untuk menyeberang jalan dengan menengok ke kiri, ke kanan, dan ke kiri lagi sebelum menyeberang jalan yang arah lalu lintasnya ke kanan. Dan sebaliknya jika arahnya ke kiri. Kemudian mengangkat tangan saat menyeberang jalan.

Setelah menyeberang, anak-anak dibiasakan untuk membungkukkan badan sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada pengemudi kendaraan, yang telah memberi jalan dan memastikan bahwa penyeberang jalan telah sampai di trotoar dengan aman.

Di pihak lain, para pengendara mobil dan motor dibiasakan untuk melindungi pejalan kaki, yang secara fisik lebih lemah daripada kendaraan, dengan memberi kesempatan mereka berjalan terlebih dahulu.

Intinya masyarakat didorong untuk saling melindungi dan menghindari terjadinya kecelakaan, yang bisa merugikan orang lain maupun dirinya sendiri. Mencegah kecelakaan terjadi pada orang lain dipersepsikan sama dengan mencegah kecelakaan terjadi pada keluarga sendiri.

Indonesia mengalami kemajuan yang pesat secara ekonomi, yang tercermin dari meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, roda dua maupun roda empat.

Namun kemajuan material tersebut perlu diimbangi dengan kemajuan peradaban, antara lain berlalu lintas secara berdisiplin dan beretika, sebagai upaya melindungi kehidupan sesama warga bangsa.

Jangan biarkan pelanggaran lalu lintas yang terjadi terus menerus menjadi suatu kewajaran, bahkan kebiasaan.

Untuk itu diperlukan keberadaan aparat penegak hukum di banyak lokasi untuk menertibkan pelanggaran lalu lintas. Dengan pengawasan yang terus menerus, maka disiplin berlalu lintas akan terbentuk.

Di saat yang sama, pendidikan berlalu lintas perlu diajarkan di TK dan SD, agar disiplin berlalu lintas menjadi kebiasaan sehari-hari, dan menjadi bagian dari budaya bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com