KOMPAS.com - Campak adalah penyakit menular yang bisa dialami siapa pun, baik orang berusia muda maupun tua.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan, penyakit ini sebaiknya tidak dibiarkan karena berisiko.
Pasalnya, campak dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti radang otak, diare parah, pneumonia, kebutaan, termasuk infeksi pada selaput mata.
Beberapa risiko tersebut bisa dialami oleh anak yang gizinya kurang baik, sehingga mereka mengalami komplikasi serius.
"Selama tahun 2022 yang lalu jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak," kata Prima, dikutip dari laman Sehat Negeriku.
"Lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus-kasus ini menyebar di 223 kabupaten atau kota di 31 provinsi," tambahnya.
Baca juga: Campak Vs Roseola, Serupa tapi Tak Sama Bahayanya
Lantas, apa saja gejala yang ditimbulkan oleh campak, penyebab, termasuk cara mengatasinya?
Baca juga: 4 Bahaya Campak pada Ibu Hamil, Pantang Diabaikan
Dilansir dari Cleveland Clinic, campak menular melalui udara yang pemicunya adalah virus dari famili Paramyxovirus dengan genus morbillivirus.
Gejala dari penyakit ini muncul sekitar 8-12 hari setelah orang terpapar, tetapi ada juga yang kemungkinan berlangsung 10-14 hari.
Dalam bahasa medis, campak disebut juga rubeola yang memiliki perbedaan dengan rubella atau campak Jerman (German measless).
Campak dan campak Jerman disebabkan oleh virus yang berbeda walau kedua penyakit ini sering kali dianggap sama.
Bahaya dari campak Jerman adalah keguguran pada wanita yang sedang mengandung, bahkan menyebabkan kecacatan pada bayi saat lahir.
Berikut beberapa gejala campak yang wajib diwaspadai:
Baca juga: Apakah Campak Menular? Begini Penjelasan Dokter…
Supaya terhindar dari campak, simak cara-cara penularan campak seperti di bawah ini:
Selain yang sudah disebutkan, campak dapat menjangkiti seseorang karena virus bertahan di udara walaupun penderita campak sudah pergi dari ruangan.