Revolusi teknologi berbasis AI dan pemahaman fisika quantum ini bakal memicu revolusi pola pikir, pola hidup, dan pola kerja, hingga energi dan transportasi di dunia sejak awal abad 21.
Tahun 2017, PricewaterHouseCoopers (PwC) memperkirakan bahwa produk dan sistem AI bakal memutar sekitar 15,7 triliun dollar AS ekonomi dunia tahun 2030. AS dan Tiongkok bakal menempati papan atas AI dunia abad 21.
AI tidak hanya berdampak terhadap ekonomi global, tetapi juga pertahanan-keamanan negara dan transformasi perang abad 21.
Kita baca sejak 2018, terjadi persaingan teknologi AI antara Rusia, Tiongkok, dan AS. Oktober 2018, Tiongkok merekrut 31 anak muda untuk Beijing Institute of Technology - lembaga riset militer Tiongkok.
Agustus 2018, Rusia meracik program sistem senjata AI yang bakal menentukan keandalan robot-robot mikroskopis, jaringan komputer, kapal selam, drone, tank-tank robot tanpa personil, dan kapal selam nuklir tanpa awak sebagai sistem senjata. (Peter Apps, 2019)
Tiongkok lebih maju lagi ke penggunaan AI sebagai piranti lunak pengenal wajah sejak 2018. Pertengahan tahun 2019, Rusia merumuskan strategi peta-jalan AI.
Awal 2019, Pemerintah Polandia menahan mantan pejabat intelijen (Piotr Durbajlo) dan karyawan Huawei. Piotr Durbajlo dituding sebagai otak penetrasi Tiongkok ke jaringan komunikasi paling rahasia Polandia.
Begini riak geopolitik perang dagang AS vs Tiongkok. Karena dari markasnya di Shenzhen (Tiongkok), teknologi Huawei dapat mengakses dan mengendalikan beberapa jaringan di berbagai negara.
Isu Huawei bermula dari laporan National Security Agency (NSA) AS tahun 2018. Huawei melengkapi cepisnya dengan cepis ke chip komputer yang membuka peluang spionase, dan berbagai jenis operasi tertutup lainnya.
AS merespons strategi AI Rusia dan Tiongkok sejak 2019. Misalnya, Presiden AS Donald Trump, merilis program ‘Prakarsa AI AS’ (American AI Initiave) pada Februari 2019. Prakarsa itu merupakan program kemitraan AS dengan sekutu-sekutunya.
Baca juga: UU Pelindungan Data Pribadi, Big Data, dan Ekonomi Digital
Maka menurut Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang dikutip oleh jurnal Foreign Policy: “Whoever becomes the leader in this sphere (AI, red) will become the ruler of the world.” (Pecotic, 2019)
Sedangkan Tiongkok lebih dahulu merilis program ‘Rencana Generasi Baru’ tahun 2017. Program ini adalah siasat Tiongkok menguasai teknologi AI terkemuka dunia di sektor bisnis, akademis, dan militer. Divisi-divisinya ialah Baidu (2017) khusus teknologi intelijen yang mimikri kerja otak ‘genius’ manusia; Alibaba khusus kota-kota cerdas; dan Tencent khusus komputer dan aplikasi medis.
Globalisasi pasca bubar imperium ekonomi-politik blok Uni Soviet tahun 1991, papar Ireland (2000:208), melahirkan dinamika baru lingkungan eksternal dan strategis bisnis di berbagai negara. Maka tata-kelola informasi dan intelijen adalah faktor penentu daya-saing dan keberhasilan perusahan-perusahan global. (Fleisher, 2000:14)
Sejak akhir abad 20, teknologi informasi menyediakan informasi skala besar, cepat, dan tepat-waktu. Perubahan bisnis global sangat dipicu dan dipacu oleh aliran informasi.
Tren revolusi informasi skala global awal abad 21 juga melahirkan kompetisi, agresi, dan ekspansi bisnis skala global. Dua kebutuhan baru pun lahir yakni intelijen daya-saing untuk strategi bisnis dan pembuatan keputusan. (Shaker, et al., 1999:18; West, 2001:28)