Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr Kurniasih Mufidayati
Anggota DPR-RI

Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anggota DPR RI dan dosen.

Pelajaran dari Tahun 2022: Perlu Kesiapan Sistem dan Perbaikan Kebijakan Bidang Kesehatan dan Ketenagakerjaan

Kompas.com - 12/01/2023, 09:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PENGHUJUNG tahun 2022 ditandai dengan dua keputusan penting pemerintah di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan. Di bidang kesehatan, pemerintah mencabut kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) setelah kita menjalani masa pandemi Covid-19 hampir tiga tahun.

Di bidang ketenagakerjaan, pemerintah menerbitkan Perppu UU Cipta Kerja di tengah posisi UU Cipta Kerja yang harusnya diperbaiki sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan UU ini inkonstitusional bersyarat.

Selama tahun 2022 juga banyak dinamika terjadi di kedua sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak ini.

Baca juga: Masyarakat Diminta Tak Euforia Terkait Pencabutan PPKM

Ujian Ketahanan Sistem Kesehatan

Tantangan kesiapan menghadapi wabah penyakit masih dihadapi sektor kesehatan Indonesia sepanjang tahun 2022. Diawal tahun kita menghadapi ledakan kasus Covid-19 varian omicron. Ledakan kasus ini meskipun sudah bisa diantisipasi sebelumnya, tetap cukup merepotkan dan meningkatkan bed occupancy ratio (BOR) di rumah sakit.

Kita cukup beruntung bahwa meskipun varian itu memiliki tingkat penularan tinggi, tetapi fatality rate-nya rendah, tidak seperti varian delta yang menyebabkan banyak kematian. Pada saat omicron merebak, sistem kesehatan kita dalam menghadapi pandemi Covid-19 juga sudah cukup baik, termasuk dalam penyediaan obat melalui telemedicine.

Sebagian besar penduduk juga sudah mendapatkan dua kali vaksin Covid-19. Namun produksi vaksin hasil pengembangan di dalam negeri masih menjadi penantian hingga penghujung 2022.

Setelah sekian lama dalam wacana pengembangan, titik terang mulai muncul dalam pengembangan vaksin Covid-19 dalam negeri. Tahap selanjutnya perlu terus dikawal untuk bisa memastikan bisa dilakukan produksi massal dan penggunaannya.

Kita juga sempat menghadapi ancaman wabah cacar monyet yang merebak di Eropa dan Amerika. Namun beruntung tidak sempat menyebar di Indonesia meski ditemukan satu kasus cacar monyet di Indonesia.

Kita juga dikejutkan dengan temuan kasus HIV yang meningkat di beberapa kota seperti Bandung. Namun, temuan penyakit yang paling menyita perhatian adalah kasus gangguan ginjal akut pada anak (GGAPA) yang mulai ditemukan pada Agustus 2022.

Kasus yang awalnya ditemukan di Uganda, Gambia, dan Bangladesh itu merebak juga di Indonesia. Terlambatnya melakukan antisipasi menyebabkan kasus mencapai 323 anak dan menyebabkan 190 kematian pada balita yang terkena GGAPA.

Kita cukup beruntung kolaborasi berbagai pihak membuat kita bisa menghentikan bertambahnya kasus GGAPA, di antaranya dengan penghentian peredaran obat anak jenis sirup khususnya paracetamol, serta impor obat jenis tertentu untuk mengatasi GGAPA.

Namun pelajaran penting dari kasus itu adalah perlunya melakukan mitigasi secara cepat ketika ada temuan kasus di dalam negeri terhadap suatu penyakit yang sudah mulai menyebar di negara lain, agar tidak menimbulkan korban yang banyak. Apalagi GGAPA ini memiiki tingkat fatality rate tinggi.

Baca juga: Apa Itu Gagal Ginjal pada Anak?

Kita juga sempat dibuat khawatir dengan munculnya penyakit hepatitis misterius pada anak yang muncul di pertengahan tahun 2022. Penyakit ini muncul di beberapa negara termasuk Indonesia setelah situasi pandemi mulai mereda dan vaksinasi Covid-19 masif diberikan.

Maka kemudian ada yang menghubungkan hepatitis ini dengan vaksinasi Covid-19 karena temuan adenovirus sebagai penyebab hepatitis misterius tersebut. Namun sekali lagi, kita bersyukur bahwa kasus itu tidak meluas meskipun sempat menimbulkan kepanikan masyarakat.

Ini juga menjadi ujian sejauhmana sistem kesehatan kita bisa melakukan mitigasi terhadap munculmya penyakit misterius terutama yang menyerang balita.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com