KOMPAS.com - Dua wilayah Bumi "dihadiahi" oleh semesta langit yang lebih cantik dari wilayah lainnya.
Wilayah dekat Kutub Selatan, diberi Aurora Australis. Sedangkan dekat Kutub Utara, diberi Aurora Borealis atau disebut pula Northern Lights atau Cahaya Utara.
Aurora adalah fenomena cahaya yang menyala-nyala dan seakan menari-nari di langit malam.
Fenomena yang terjadi hanya di wilayah terjauh dari khatulistiwa ini terjadi akibat adanya interaksi antara medan magnetik Bumi dengan partikel bermuatan yang dipancarkan Matahari.
Penduduk Ibu Kota Islandia, Reykjavik, adalah salah satu yang beruntung bisa melihat cahaya utara dengan leluasa, hampir tiap malam.
"Semakin ke utara, semakin dekat dengan kutub, maka Aurora akan makin mudah tertangkap mata," ujar Sheravina Herbudi Ari Parwati, wanita asli Sleman, Yogyakarta, kepada Kompas.com, Selasa (10/1/2023).
Islandia sendiri adalah negara Nordik yang terletak di sebelah barat laut Eropa dan sebelah utara Samudera Atlantik.
Negara yang juga disebut Tanah Es dan hanya memiliki luas 100.000 km persegi dan berpenduduk sekitar 372.000 orang ini terletak cukup dekat dengan Kutub Utara, sehingga wilayahnya dikelilingi gletser.
Baca juga: Benarkah Aurora Mengeluarkan Suara?
Sheravina atau yang akrab disapa Ari sudah menetap di Reykjavik selama 5 tahun. Ia mengatakan, untuk menangkap Aurora Borealis tak perlu jauh-jauh keluar kota.
Ia dan suami, biasa menangkap Aurora Borealis dari balkon apartemen mereka.
Aurora Borealis sendiri mulai keluar di akhir musim panas, yaitu sekitar Agustus hingga Maret.
Kemunculan aurora tergantung dari datangnya gelap di langit Reykjavik. Di awal musim gugur, di mana gelap datang lebih larut (di atas pukul 10 malam), aurora baru akan terlihat di atas pukul 11 malam hingga 1 dini hari. Ini terjadi di bulan Agustus hingga September.
Sedangkan ketika sudah memasuki musim dingin, sekitar awal November, di mana malam sangat panjang dan siang hari hanya berlangsung selama 3 sampai 4 jam saja, aurora bisa muncul mulai pukul 9 atau 10 malam.
Baca juga: Ramai soal Foto Aurora di Langit Yogyakarta, Ini Penjelasan Lapan
Besar tidaknya cahaya yang menari-nari di angkasa ini bisa diprediksi melalui KP index, ukuran badai geomagnetik yang bisa dipantau melalui aplikasi Aurora Forecast.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.