KOMPAS.com - Latto-latto bukanlah permainan baru. Permainan ini sudah ada dan sempat populer pada era 60 hingga 70-an di berbagai negara.
Meski menjauhkan anak dari kecanduan ponsel dan jadi nostalgia orang dewasa, tetapi latto-latto sempat dilarang di sejumlah negara lantaran dianggap berbahaya.
Di Indonesia, tepatnya di Kalimantan Barat, permainan dua bola dengan seutas tali ini bahkan membuat seorang anak berusia 8 tahun menjalani operasi mata.
Diberitakan Kompas.com, Minggu (8/1/2023), anak berinisial AN itu pulang ke rumah dengan mata merah selepas bermain latto-latto di rumah teman.
Ayah korban, AJ, mengatakan bahwa latto-latto yang dimainkan sang anak pecah dan serpihannya tertancap ke mata.
"Awal kejadian itu kami bawa dulu ke Kimia Farma kemudian mendapatkan rujukan ke RSUD Soedarso. Setelah dirawat ternyata harus di operasi dan berjalan lancar," ucap AJ.
Tak jarang dianggap sebagai permainan berbahaya, berikut sejarah larangan latto-latto di berbagai dunia:
Baca juga: Mengenal Clackers Ball atau Mainan Latto-latto yang Lagi Viral di Medsos
Baca juga: Ahli dari UNS Ungkap Alasan di Balik Populernya Permainan Latto-latto
Dikutip dari Groovy History, latto-latto atau clackers ball muncul di Amerika Serikat pada 1968.
Sejak kemunculannya, anak-anak senantiasa mengisi lingkungan dengan suara bising khas latto-latto.
Semula, latto-latto dibuat dari bahan tempered glass atau kaca tempered. Namun, maraknya latto-latto pecah dan serpihan kaca beterbangan membuat bahan mainan ini beralih jadi plastik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.