Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Refleksi Maritim 2022

Kompas.com - 29/12/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TIDAK lama lagi, tahun 2022 akan kita tinggalkan. Sebagaimana kelaziman yang ada, banyak pihak melakukan kilas-balik atau refleksi seputar apa yang telah terjadi selama setahun berjalan.

Melihat berbagai peristiwa yang terjadi dalam dunia kemaritiman sepanjang 2022, memang patut diberikan catatan. Apalagi peristiwa-peristiwa itu diprediksi akan terus mempengaruhi dunia kemaritiman, dalam hal ini pelayaran, di tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya. Hanya intensitasnya saja yang berbeda.

Peristiwa-peristiwa yang akan dikilas-balik di sini berawal di luar negeri yang memengaruhi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terjadi karena, dunia kemaritiman merupakan salah satu bidang, jika bukan satu-satunya, yang sangat berdimensi internasional sehingga mana kala ada riak otomatis terdampaklah bidang lainnya.

Sampai derajat tertentu, dampak itu masih kita rasakan sampai saat ini dan tidak diketahui bila akan berakhir.

Invansi Rusia ke Ukraina

Peristiwa pertama yang memengaruhi dunia kemaritiman mondial adalah perang antara Rusia dan Ukraina. Sejak awal perang ini meletus pada Februari 2022, banyak pihak sudah memprediksi bahwa perang akan mendisrupsi bisnis pelayaran.

Memang begitulah adanya. Sejurus perang berjalan beberapa hari, angkatan laut mulai menyasar kapal-kapal niaga dengan rudal. Yang jadi target adalah MV Namura Queen, bulk carrier berbendera Panama dan chemical tanker berkebangsaan Moldova, MV Millennial Spirit.

Baca juga: Perang Ukraina: Rusia Diduga Rencanakan Serangan Darat Besar-besaran Awal Tahun Baru

Dua kapal lain, yaitu MV Princess Nicole dan MV Athena beruntung hanya dinaiki (boarding) oleh personel Angkatan Laut (AL) Rusia untuk diperiksa. Dengan aksinya, Rusia berhasil menguasai sepenuhnya perairan Laut Hitam dan perairan terdekat dengannya, yaitu Laut Azov.

Tidak ada kapal yang bisa mengaksesnya. Baik kapal sipil/komersial maupun kapal perang. Karuan saja, trading antara Ukraina dengan dunia internasional terganggu. Padahal, negara ini, dan Rusia, merupakan salah satu pemasok berbagai komoditas di dunia ini.

Ukraina tercatat, misalnya, mengekspor sekitar 36,5 juta ton bijih besi tahun 2021. Sekitar 60 persen dari jumlah ini diekspor ke China.

Sementara Rusia memasok 42 persen total impor batu bara negara-negara Uni Eropa pada 2021 dan 16 persen kebutuhan batu bara global.

Untuk menekan Rusia agar mau menghentikan perangnya terhadap Ukraina, negara-negara Eropa dan AS menjatuhkan berbagai macam sanksi. Yang terbaru adalah penangguhan pertanggungan asuransi bagi tanker pengangkut minyak Rusia, berlaku 5 Desember ini.

Penghentian pertanggungan asuransi itu ditujukan kepada kapal-kapal berkebangsaan Uni Eropa dan diinisiasi oleh Kementerian Keuangan Inggris. Instansi ini melarang perusahaan asuransi Inggris memberi perlindungan asuransi bagi kapal-kapal pengangkut minyak Rusia.

Untuk tahap awal, aturan ini hanya diberlakukan terhadap kapal tanker pengangkut minyak mentah (crude oil) yang port of origin alias pelabuhan muatnya ada di Rusia. Tetapi, pelarangan tidak berlaku jika negara itu menjual minyaknya di bawah harga yang ditetapkan oleh negara anggota G7. Besarannya berkisar antara 63-64 dolar AS per barel.

Sebagai sekutu, AS akan bergabung dengan upaya Inggris itu. Pada 5 Februari 2023, pelarangan akan diperluas terhadap tanker pengangkut bahan bakar minyak (BBM). Koalisi Inggris (termasuk Uni Eropa) dan AS dalam bidang perasuransi kapal mencakup lebih dari 90 persen pemain dunia.

Isu minyak Rusia dengan segala pernak-perniknya ini, khususnya pemaksaan harga jual (oil price cap) konon merupakan salah satu alasan mengapa Presiden Vladimir Putin tidak bisa bergabung di perhelatan KTT G20 di Bali pada November lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com