KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi bahwa Covid-19 subvarian Omicron BN.1 telah terdeteksi di Indonesia.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, kasus pertama Covid-19 BN.1 terdeteksi di Kepulauan Riau pada 16 September 2022.
"Kami menemukan satu varian yang berbeda dengan yang lain. Ini yang lagi kami monitor, apakah ini akan menjadi penyebab peningkatan kasus atau tidak di Indonesia," kata dia di Gedung Kemenkes RI Jakarta, dilansir dari Antara, Kamis (8/12/2022).
Hingga saat ini, Nadia menuturkan bahwa sebanyak 20 kasus BN.1 telah terdeteksi. Kasus tersebut tersebar di sejumlah daerah, antara lain sembilan kasus di DKI Jakarta dan lima kasus di Jawa Tengah.
Selain itu, sebanyak tiga kasus di Kepulauan Riau, serta masing-masing satu kasus di Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.
Lalu, bagaimana gejala Covid-19 subvarian Omicron BN.1?
Baca juga: Kemenkes Temukan Satu Kasus Omicron BN.1 di Indonesia
Nadia memaparkan, gejala BN.1 masih seperti Covid-19 subvarian Omicron sebelumnya.
"Masih sama tidak bergejala atau gejalanya ringan," ujar Nadia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/12/2022).
Sementara itu epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan gejala subvarian Omicron BN.1 pada orang yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis ketiga atau booster.
"Gejalanya sama, hanya pada orang yang sudah booster tetap ringan atau tidak bergejala," kata dia saat dikonfirmasi, Jumat (9/12/2022).
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, Kamis (8/12/2022), berikut beberapa gejala BN.1 yang muncul:
Sebagian besar gejala Omicron BN.1 mirip dengan flu biasa. Oleh karena itu, sebaiknya segera melakukan tes Covid-19 apabila mengalami gejala serupa.
Baca juga: Gejala Umum Covid-19 Berubah, Apa Saja Gejala Barunya?
Dikutip dari laman Fortune, Omicron BN.1 memiliki nama lengkap B.1.1.529.2.75.5.5.1.
Subvarian ini merupakan turunan dari Stealth Omicron atau BA.2 yang populer dengan kemampuan membingungkan tes Covid-19 berbasis laboratorium.
Hingga saat ini, belum diketahui pasti seperti apa karakteristik penularan BN.1. Namun, virus ini berpotensi besar kebal dari vaksinasi maupun infeksi sebelumnya.
ukan hanya itu, berdasarkan artikel dalam Cureus Journal of Medical Science, BN.1 memiliki kemampuan untuk "bersaing" dengan subvarian Omicron lain yang saat ini masih tersebar.
Menurut Kemenkes seperti dikutip Antara, Kamis (9/12/2022), subvarian ini menyumbang empat persen kasus di Amerika Serikat.
Selain Amerika Serikat, BN.1 juga terdeteksi di lebih dari 30 negara, termasuk Australia, Inggris, India, hingga Austria.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.