Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Melansir dari Kompas.com, Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran pertama setelah proklamasi kemerdekaan yang terjadi selama tiga minggu, yakni dari 27 Oktober sampai dengan 28 November 1945.
Puncak pertempuran Surabaya ini terjadi pada 10 November yang sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Keadaan pada puncak pertempuran itulah yang diangkat dalam siniar Tinggal Nama bertajuk “Pertempuran Surabaya, Pertempuran istimewa” dan dapat diakses melalui tautan berikut dik.si/TNSurabaya.
Theorina (2007) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa kedatangan sekutu (Inggris) di Surabaya diterima dengan berat hati.
Menteri Penerangan RI saat itu, Amir Sjarifuddin menjelaskan kedatangan pasukan sekutu pada 25 Oktober 1945 bertujuan; (a) melindungi dan mengungsikan tawanan perang serta kaum interniran, (b) melucuti dan memulan, dan (c) memelihara ketertiban dan keamanan umum.
Lantas, mengapa terjadi perang? Nyatanya, pasukan sekutu diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang bertujuan untuk mengembalikan Indonesia kepada Pemerintah Belanda.
Tentunya, tujuan tersebut memicu amarah dan gejolak rakyat Indonesia, bahkan memantik perlawan rakyat Indonesia dan NICA.
Baca juga: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Rasa
Terlebih, berita dan cerita kemerdekaan Indonesia sedang ramai-ramainya dibicarakan masyarakat. Tidak aneh bila masyarakat Indonesia langsung terlecut rasa patriotisme dan keinginan berjuan untuk mempertahankan kemerdekaan di Surabaya.
Pada 1 September 1945, Pemerintah Indonesia menyatakan bendera Merah Putrih dikibarkan setiap hari di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi, sekelompok orang Belanda, di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan.
Itulah mengapa, masyarakat Surabaya yang melihat dan mengetahuinya menjadi marah. Pengibaran bendera Belanda itu dinilai sebagai pelecehan dan penghinaan terhadap kedaulatan Indonesia.
Akhirnya, pada 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia melakukan musyawarah dengan pihak Belanda. Akan tetapi perundingan berakhir dengan darah karena pihak Belanda mengeluarkan senjata api dan menimbulkan pertikaian. Ploegman tewas di depan Hotel Yamato.
Pada di saat bersamaan, terjadi kericuhan yang mengakibatkan masyarakat Surabaya yang sedang berjuang masuk ke hotel dan merobek warna biru pada bendera Belanda sehingga hanya tersisa warna merah dan putih saja yang melambangkan negara Indonesia.
Berita kedatangan Presiden Soekarno disiarkan oleh radio pada tanggal 29 Oktober 1945. Akan tetapi, peperangan masih berlanjut. Masyarakat terus-menerus tak kenal lelah melancarkan serangan dan merebut kembali daerah-daerah yang telah diduduki sekutu.
Setibanya di Surabaya, Presiden Soekarno melakukan musyawarah dengan Brigadir Jenderal Mallaby. Musyawarah tersebut menghasilkan:
Hasil musyawarah antara Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Mallaby memang sudah dinyatakan. Namun, bukan berarti semua masyarakat mendengar dan mengetahuinya. Keadaan masih runyam, hiruk-pikuk, dan penuh huru-hara.
Baca juga: Rumah Sakit Simpang, Dulu Dielukan Kini Tinggal Kenangan
Untuk meredakan keadaan, pihak Inggris mengajukan usul, yaitu Brigadir Jenderal Mallaby pergi ke Gedung Internatio untuk menerangkan kepada pasukannya agar tidak menembaki rakyat. Akan tetapi, pihak masyarakat Surabaya tidak langsung menerima usulan tersebut.
Secara tiba-tiba mobil yang dinaiki Brigadir Jenderal Mallaby terkena tembakan, lalu meledak dan terbakar. Tidak diketahui siapa yang menembaki mobil tersebut. Kematian Brigadir Jenderal Mallaby mendatangkan beragam reaksi dan komentar dari berbagai surat kabar dunia.
Dengarkan kisah-kisah true crime dan menyeramkan lainnya hanya melalui siniar Tinggal Nama di Spotify. Di sana juga ada beragam kisah horor hingga biografi yang membuat kamu bergidik ngeri.
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode “Pertempuran Surabaya, Pertempuran istimewa” melalui tautan dik.si/TNSurabaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.