Seorang assyriologist dari British Museum, Irving Finkel pada 1980-an menerjemahkan tulisan berhuruf paku pada tablet tanah liat yang telah hancur dan dibawa ke museum oleh seorang pedagang barang antik.
Ditulis pada tahun 177-176 SM oleh seorang juru tulis bernama Itti-Marduk-balatu, prasasti tersebut ditemukan sekitar tahun 1880 di reruntuhan Babel.
Para sarjana mencoba menguraikan huruf itu selama bertahun-tahun, tetapi hanya Finkel yang dapat mengidentifikasinya sebagai instruksi tentang cara memainkan The Royal Game of Ur.
Pengungkapan cara kerja The Royal Game of Ur ini dilakukan setelah membandingkannya dengan papan permainan lain yang disimpan di museum.
Teks itu menuliskan, The Royal Game of Ur merupakan perlombaan antara dua pemain untuk mendapatkan penanda mereka di sekitar dan di luar papan.
Baca juga: 8 Bahasa Tertua di Dunia yang Masih Digunakan hingga Saat Ini
Dadu berbentuk piramida digunakan untuk menunjukkan jumlah kotak yang dapat dipindahkan pemain.
Jika pemain mendarat di kotak yang ditempati oleh lawannya, mereka dapat menjatuhkan penanda itu dan lawan harus memulai dari awal lagi.
Ini bisa membuat pemain sedikit mundur, dan hampir tidak mungkin untuk memprediksi siapa yang akan menang, bahkan menjelang akhir permainan.
Namun, ada aspek lain dari The Royal Game of Ur yang menarik perhatian, yaitu meramal nasib pemain.
Menurut teks tersebut, beberapa kotak di papan diberi tanda zodiak, sehingga mampu memberi prediksi bahwa seorang pemain akan memenangkan bir, berteman, makan enak, atau mungkin menjadi kuat dan kaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.