Kondisi kulit ini tampaknya diturunkan dalam keluarga, dan seringkali dapat diwariskan. Risiko meningkat dengan jumlah kerabat biologis yang terkena.
Keratosis seboroik dapat berkembang selama kehamilan. Pertumbuhan ini juga dapat berkembang saat seseorang menjalani terapi penggantian estrogen.
Para peneliti di Korea Selatan menemukan bahwa salah satu subtipe keratosis seboroik, yaitu tipe adenoid, lebih sering terjadi pada kulit yang terpapar sinar matahari daripada kulit yang terlindungi.
Namun, keratosis seboroik juga bisa muncul pada kulit yang biasanya tertutup di luar ruangan.
Keratosis seboroik umumnya lebih sering terjadi pada orang dengan kulit terang, meski orang dengan kulit lebih gelap juga bisa mengalaminya.
Baca juga: 5 Manfaat Daun Pegagan: Mempercantik Kulit hingga Mengobati Sendi
Keratosis seboroik biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun, bagi sebagian orang mungkin mereka mengalami kondisi, sebagai berikut:
Dalam banyak kasus, keratosis seboroik atau spruten tidak memerlukan pengobatan.
Namun, seorang profesional perawatan kesehatan dapat memutuskan untuk menghilangkan pertumbuhan apa pun yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik atau emosional.
Metode perawatan dan pengangkatan keratosis seboroik meliputi yang berikut:
Cryosurgery menggunakan nitrogen cair untuk membekukan pertumbuhan.
Dalam bedah listrik, seorang profesional perawatan kesehatan menggunakan arus listrik untuk mengikis pertumbuhan. Area tersebut mati rasa sebelum prosedur.
Dalam kuretase, seorang profesional perawatan kesehatan mengikis pertumbuhan dengan kuret, alat bedah seperti sendok. Kuretase terkadang dikombinasikan dengan bedah listrik.
Eksisi cukur mirip dengan kuretase. Seorang profesional perawatan kesehatan dapat melakukannya jika mereka ingin mengirim sampel pertumbuhan ke laboratorium untuk dianalisis.
Prosedur ini menggunakan laser khusus untuk menguapkan pertumbuhan.
Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui larutan hidrogen peroksida (Eskata) 40 persen untuk menghancurkan sel keratosis seboroik.